Ngeri! Sri Mulyani Sebut Dunia Bakal Hadapi 'Krisis Langka'

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
Rabu, 28/09/2022 09:25 WIB
Foto: Infografis/Lebih Ngeri Dari Covid & Perang,, Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sekali lagi membagikan sinyal waspada terkait dengan situasi ekonomi global yang akan menghadapi tekanan tidak biasa. Bahkan, belum pernah ditemui dalam 40 tahun terakhir, sejak 1980-an ketika Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga secara besar-besaran

Mantan kepala Bappenas ini mengingatkan bahwa situasi global terkini membuat semua pihak harus menjadi lebih waspada. Pasalnya, dia melihat suku bunga yang merangkak naik, dolar AS yang menguat, hingga inflasi yang menyentuh double-digit di negara maju.


"Karenanya Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2023 didesain sedemikian rupa, sebuah statement pemerintah dalam menjaga policy di tengah guncangan dan ketidakstabilan yang belum tentu terjadi dalam 40 tahun ini," kata Sri Mulyani dalam unggahan Instagram miliknya @smindrawati, dikutip Rabu (28/9/2022).



Tahun depan, Sri Mulyani membeberkan bahwa pendapatan negara diproyeksikan Rp2.463 triliun. Menurutnya, target ini aman bila melihat kondisi perekonomian kini yang proyeksi masa mendatang.

"Gejolak harga komoditas menjadi pendukung asumsi ini karena imbasnya yang cukup signifikan pada sisi pajak, bea keluar, dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Namun, mekanisme untuk mengamankan penerimaan negara apabila harga komoditas tidak setinggi yang diasumsikan tetap kita siapkan," ujarnya.



Belanja negara diproyeksikan sebesar Rp 3.061,2 triliun yang akan fokus pada peningkatan kualitas SDM, mendukung persiapan Pemilu, mengakselerasi pembangunan IKN, serta menyelesaikan beragam proyek infrastruktur strategis yang bermanfaat bagi masyarakat dan perekonomian. Transfer ke daerah dialokasikan Rp 814,7 triliun, untuk mendukung sektor prioritas yang akan dilaksanakan oleh daerah.

Defisit didorong semakin menurun menjadi Rp 598, 2 triliun atau 2,84% terhadap PDB. Namun, defisit dipatok dengan belanja negara sebesar Rp 3.061,3 triliun cukup memadai dalam rangka menjaga momentum pemulihan ekonomi agar semakin menguat serta mendukung berbagai agenda pembangunan secara optimal.

Adapun, lanjut Sri Mulyani pembiayaan untuk menutup defisit yang bersumber dari utang didorong semakin menurun, dan pembiayaan investasi memberdayakan peran BUMN dan BLU didorong agar efektif untuk akselerasi pencapaian target pembangunan a.l. pembangunan infrastruktur, peningkatan akses pembiayaan bagi UMKM, dan pembiayaan perumahan yang layak huni dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

"Saya mengapresiasi Pemerintah dan DPR yang memiliki kesepahaman agar APBN didesain secara optimis namun tetap waspada. Konsolidasi fiskal pada tahun 2023 pun juga disepakati, sebuah keputusan yang sangat antisipatif dan strategis," tegasnya.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: APBN Mei 2025 Defisit Rp 21T, Menkeu Klaim Masih Kecil