Internasional

Potret Ngeri 'Kiamat' Inggris: Anak Makan Karet & Jadi PSK

Thea Fathanah Arbar & Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
28 September 2022 06:10
Pandangan umum pelayat di sepanjang The Mall menjelang Pemakaman Negara Ratu Elizabeth II pada 19 September 2022 di London, Inggris. (Getty Images/Dan Kitwood)
Foto: Inggris (Getty Images/Dan Kitwood)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inggris diterpa krisis. Ini akibat tingginya biaya hidup di negeri Raja Charles III itu.

Harga energi melambung tinggi. Dengan kenaikan terbaru di Oktober, warga kemungkinan harus membayar 3.549 pound atau Rp 60,7 juta setahun untuk listrik dari sebelumnya 1.971 pound.

Inflasi juga hampir menyentuh 10%, di mana indeks harga konsumen Inggris pada bulan Agustus 2022 berada di level 9,9% secara year-on-year. Hal ini terjadi saat harga pangan di negara itu naik.

Perang Rusia-Ukraina mendorong hal tersebut. Inggris dan sekutu melemparkan embargo atas beberapa komoditas penting dari Rusia, belum lagi terhambatnya pasokan biji-bijian dari 'lumbung pangan' Europa yakni Kyiv.

Sejumlah hal ini membuat muncul fakta-fakta baru soal bagaimana krisis ini mempengaruhi kehidupan warga Inggris. Mulai dari anak-anak yang terpaksa mengunyah karet hingga banyaknya perempuan beralih profesi menjadi pekerja seks komersial (PSK).

Anak Makan Karet

Dalam laporan The Guardian, anak-anak di negara itu mulai terdampak dari sulitnya membeli kebutuhan pangan. Sebuah laporan terbaru menyebut bahwa anak-anak yang kelaparan bahkan mengunyah karet atau bersembunyi di taman bermain saat berada di sekolah.

Ini karena keluarga mereka tak mampu menyediakan makan siang. Di Inggris, anak-anak berhak atas makanan sekolah gratis jika orang tuanya berpenghasilan kurang dari 7.400 pound (Rp 120,5 juta) per tahun.

Hal ini setidaknya terjadi di sekolah Lewisham, London Tenggara. Laporan diungkap badan amal Chefs in Schools.

"Seorang anak yang 'berpura-pura membawa kotak makan yang kosong'," bunyi laporan itu.

"Anak itu sendiri diketahui tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan makanan sekolah gratis dan tidak ingin teman-teman mereka tahu bahwa tidak ada bekal yang dibawa dari rumah," tambahnya.

Kelompok bantuan amal masyarakat juga mengatakan kepada Observer minggu ini bahwa mereka berjuang untuk mengatasi permintaan baru dari keluarga yang tidak mampu memberi anak-anak mereka makan. Diyakini ada 800 anak lainnya yang terancam kelaparan.

"Kami mendengar tentang anak-anak yang sangat lapar sehingga mereka makan karet di sekolah. Anak-anak datang karena belum makan apapun sejak makan siang sehari sebelumnya. Pemerintah harus melakukan sesuatu," kata Kepala Eksekutif Chefs in Schools, Naomi Duncan.

"Ini benar-benar memilukan bagi koki kami. Mereka secara aktif keluar dan mencari anak-anak yang bersembunyi di taman bermain karena mereka pikir mereka tidak bisa mendapatkan makanan, dan memberi mereka makan," tambah Duncan.

Orang Tua Nunggak Tagihan Listrik-Rela Tak Makan

Menurut laporan media yang sama, studi Money Advice Trust, memuat hampir 20% orang dewasa Inggris atau 10,9 juta orang, menunggak tagihan. Ini naik 3 juta, sekitar 45%, sejak perhitungan terakhir di Maret.

Bukan hanya itu, berdasarkan opinium survei, terdapat 5,6 juta warga rela tak makan dalam tiga bulan terakhir sebagai akibat dari krisis. Jejak pendapat dilakukan ke 2.000 orang dewasa Inggris di Agustus.

"Ini termasuk melewatkan makanan, seperti makan sekali sehari atau tidak makan sama sekali pada beberapa hari," tulis media tersebut pekan lalu.

Survei juga mengungkap fakta lain. Bahwa hampir 8 juta orang telah menjual barang pribadi atau rumah tangga untuk membantu menutupi tagihan.

"Banyak rumah tangga sudah menghadapi pilihan yang tidak mungkin, seperti makan mana yang harus dilewati hanya untuk menyalakan lampu," kata Kepala Eksekutif Money Advice.

Wanita Jadi PSK

Sementara itu, kenaikan biaya hidup juga membuat ramai wanita di Inggris memilih bekerja sebagai PSK. Ini terjadi sejak awal Juni.

Mengutip data English Collective of Prostitution, jumlah perempuan yang masuk dalam bisnis prostitusi meningkat 1/3 angka biasanya. Itu karena biaya hidup yang tinggi.

"Krisis biaya hidup sekarang mendorong wanita menjadi pekerja seks dengan berbagai cara. Apakah itu di jalan, di tempat atau online," kata Juru Bicara Niki Adams, dimuat Sky News.

"Secara keseluruhan apa yang kami lihat adalah orang-orang datang ke pekerjaan itu dari tempat yang putus asa," tambahnya.

Ia pun memberikan contoh nyatanya. Menurutnya seorang ibu dengan empat anak, kini menjadi PSK pasca kehilangan uang dan tak masuk salah satu penerima bantuan tunai di Inggris, Universal Credit.

"Dia mulai melakukannya beberapa malam dalam seminggu di jalanan... Ini cukup untuk membayar setiap tagihan," kata Adams.

Tak hanya Adams, CEO lembaga pendukung pekerja seks MASH, Annie Emery, juga mengakui hal serupa. Lebih banyak perempuan yang menghubunginya untuk menjadi PSK demi bisa hidup dan mendapatkan tempat tinggal.

Menurutnya, pandemi Covid-19 memang memperburuk kehidupan perempuan yang sudah berada dalam situasi sulit. Ini ditambah perang Rusia-Ukraina yang membuat harga energi dan pangan meroket.

"Saat Covid-19 melanda, kami melihat kenaikan angka perempuan yang kehilangan pemasukan mereka hanya dalam waktu semalam, membutuhkan paket pangan darurat, yang diusir dari tempat tinggalnya, atau tak dapat melakukan isolasi," kata Emery.

Ia juga mengatakan kenaikan biaya hidup di Inggris membuat beberapa kelompok dalam situasi sulit. Pengasuh anak tak dibayar dan pekerja dengan kontrak nol-jam berada dalam situasi terjepit.

"MASH berdiri selama 30 tahun dan kami khawatir kami mulai kembali berhubungan dengan perempuan yang sebenarnya sudah lepas dari bidang pekerja seks bertahun-tahun lalu," katanya.

"Jelas bahwa kesulitan finansial mereka membuat perempuan memiliki opsi yang terbatas," tambahnya lagi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inggris Krisis, Jutaan Warga Rela Tak Makan Demi Listrik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular