
Program Ditunda, Benarkah Pakai Kompor Listrik Lebih Murah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Energi Nasional (DEN) menilai bahwa penghematan dari peralihan program kompor induksi atau kompor listrik ke kompor induksi perlu dihitung secara cermat. Sehingga nantinya tidak menyebabkan miskalkulasi.
Anggota DEN, Satya Widya Yudha mengatakan penghematan untuk program konversi ke kompor induksi perlu kajian yang lebih mendalam. Pasalnya, tidak bisa penghematan hanya dihitung secara matematika saja.
Misalnya 1 kg LPG setara dengan 7,19 kWh listrik. Adapun kalau dari kompor LPG biaya untuk memasak antara LPG dengan induksi dengan 7,19 kWh yakni sekitar Rp 4.000.
"Kalau gunakan LPG per 1 Kg subsidi itu Rp 4250. Tetapi kita gak boleh lihat dari hal ini karena perhitungan secara kumulatif mengenai dari perpindahan biaya pelanggan itu kan dibebankan. Makanya ini menurut saya dihitung secara cermat sehingga tidak miskalkulasi," kata Satya, dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (26/9/2022).
Menurut Satya jika hanya membandingkan tanpa melihat sistem maka ada penghematan sekitar Rp 6.361. Namun demikian, apabila sistemnya tidak dibetulkan secara baik, maka menjadi hal yang tidak mudah.
"Yang mesti harus disadari lagi adalah over supply dari PLN akan kita diskusikan di DEN bagaimana menyiasatinya,. Apakah menggunakan kompor listrik menjadi salah satu solusi?" katanya.
Apalagi Indonesia juga mempunyai program peralihan dari kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) ke kendaraan listrik yang mempunyai potensi pangsa pasar yang dapat dikembangkan. Terutama jika harga keekonomiannya terjangkau bagi masyarakat. "Sambil kita menunggu industri kita mengambil lebih banyak lagi kalau pertumbuhan ekonomi bagus," kata dia.
PT PLN (Persero) sebelumnya membeberkan program peralihan kompor LPG 3 kilogram (Kg) ke kompor induksi atau kompor listrik rumah tangga dapat menghemat Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan impor LPG 3 Kg hingga triliunan rupiah.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan pihaknya saat ini tengah menggodok program pengalihan penggunaan LPG 3 Kg ke kompor induksi. Paling tidak perusahaan setrum pelat merah ini tengah mendorong program peralihan pengguna LPG 3 Kg ke kompor induksi hingga 15,3 juta pelanggan.
Menurut Darmawan program konversi LPG ke Kompor Induksi sebanyak 15,3 juta pelanggan akan menghemat APBN sebesar Rp 85,6 triliun selama 5 tahun setelah pelaksanaan program. Adapun biaya paket konversi berupa kompor, utensil, pemasangan jalur khusus memasak dapat dialokasikan dari pengalihan sebagian penghematan subsidi.
Sementara, jika program konversi LPG ke kompor induksi diperluas untuk seluruh pelanggan PLN yang menjadi pengguna LPG 3 Kg sebanyak 69,4 juta, maka akan menghemat belanja impor LPG sebesar Rp 44 triliun per tahun. Sedangkan apabila program konversi hanya untuk 15,3 juta pelanggan, akan menghemat belanja impor LPG sebesar Rp 10,21 triliun per tahun.
"Hemat biaya impor LPG dengan program konversi di tahun 2028 yakni Rp 10,21 triliun per tahun," kata Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Rabu (14/9/2022).
Darmawan menjelaskan subsidi LPG 3 kg yang tidak tepat sasaran telah membebani keuangan negara lebih dari Rp 300 triliun sejak tahun 2017. Adapun, subsidi tersebut sangat berpotensi terus membengkak dari tahun ke tahun karena penambahan jumlah pengguna dan volume penggunaan LPG yang tidak dapat dikendalikan sesuai dengan target sasaran subsidi.
"Pengguna LPG 3 Kg adalah pelanggan PLN yang kami sendiri sudah berusaha mengindentifikasi by name by address, dalam hal ini golongan pertama adalah 450 VA yang DTKS sejumlah 9,6 juta. Dan kami sudah memeriksa 99,99% hampir semuanya menggunakan kompor LPG 3 kg. Kami sudah periksa di lapangan baik itu kantor cabang kami, kantor ranting kami, hampir semuanya menggunakan LPG 3 Kg," kata dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dirut PLN Dicecar Soal Kompor Listrik