FOTO

Turun ke Jalan, Nakes Honorer Minta ke Jokowi Angkat Jadi ASN

(CNBC Indonesia/Andrean Kristianto), CNBC Indonesia
Kamis, 22/09/2022 14:56 WIB

Dalam aksinya mereka meminta Presiden Jokowi segera menerbitkan peraturan pemerintah mempermudah para tenaga kesehatan hononer untuk menjadi ASN atau P3K.

1/8 Sejumlah massa aksi dari  Dewan Pengurus Nasional Forum Komunikasi Nakes dan Non-Nakes Indonesia (DPN FKHN Indonesia) menggelar unjuk rasa di kawaasan Patung Kuda, Jakarta, Kamis (22/9/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Sejumlah massa aksi dari Dewan Pengurus Nasional Forum Komunikasi Nakes dan Non-Nakes Indonesia (DPN FKHN Indonesia) menggelar unjuk rasa di kawaasan Patung Kuda, Jakarta, Kamis (22/9/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

2/8 Sejumlah massa aksi dari  Dewan Pengurus Nasional Forum Komunikasi Nakes dan Non-Nakes Indonesia (DPN FKHN Indonesia) menggelar unjuk rasa di kawaasan Patung Kuda, Jakarta, Kamis (22/9/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Mereka menuntut peraturan pemerintah khusus untuk pengangkatan honorer nakes dan non-nakes menjadi aparatur sipil negara (ASN). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

3/8 Sejumlah massa aksi dari  Dewan Pengurus Nasional Forum Komunikasi Nakes dan Non-Nakes Indonesia (DPN FKHN Indonesia) menggelar unjuk rasa di kawaasan Patung Kuda, Jakarta, Kamis (22/9/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Dalam aksinya mereka meminta Presiden Jokowi agar segera menerbitkan peraturan pemerintah dan lain sebagainya sehingga mempermudah para tenaga kesehatan hononer untuk menjadi ASN atau P3K dan adanya regulasi afirmasi untuk mempermemudah untuk menjadi ASN atau P3K. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

4/8 Sejumlah massa aksi dari  Dewan Pengurus Nasional Forum Komunikasi Nakes dan Non-Nakes Indonesia (DPN FKHN Indonesia) menggelar unjuk rasa di kawaasan Patung Kuda, Jakarta, Kamis (22/9/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Massa yang menggunakan pakaian berwarna putih tersebut mengungkapkan jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi, massa akan kembali menggelar unjuk rasa. Massa juga menyinggung soal kesejahteraan nakes, mereka mengungkapkan bagaimana para tenaga honorer nakes menanggung risiko selama menangani Covid-19. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

5/8 Sejumlah massa aksi dari  Dewan Pengurus Nasional Forum Komunikasi Nakes dan Non-Nakes Indonesia (DPN FKHN Indonesia) menggelar unjuk rasa di kawaasan Patung Kuda, Jakarta, Kamis (22/9/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Dalam aksinya mereka membawa atribut seperti bendera, slayer, spanduk, hingga poster yang bertuliskan protes hingga tuntutan kepada pemerintah. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

6/8 Sejumlah massa aksi dari  Dewan Pengurus Nasional Forum Komunikasi Nakes dan Non-Nakes Indonesia (DPN FKHN Indonesia) menggelar unjuk rasa di kawaasan Patung Kuda, Jakarta, Kamis (22/9/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Dalam orasinya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya telah menjanjikan pemerintah akan mengangkat tenaga kerja honorer di bidang kesehatan sebagai ASN atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

7/8 Sejumlah massa aksi dari  Dewan Pengurus Nasional Forum Komunikasi Nakes dan Non-Nakes Indonesia (DPN FKHN Indonesia) menggelar unjuk rasa di kawaasan Patung Kuda, Jakarta, Kamis (22/9/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Pengangkatan honorer nakes jadi PNS dilatarbelakangi kondisi sektor kesehatan yang kekurangan sumber daya manusia. Sebagai gambaran, kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, masih ada 586 dari total 10.373 Puskesmas yang tidak punya dokter. Selain itu, 5.498 dari 10.373 puskesmas atau 53 persen Puskesmas belum memiliki sembilan jenis tenaga kesehatan sesuai standar. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

8/8 Sejumlah massa aksi dari  Dewan Pengurus Nasional Forum Komunikasi Nakes dan Non-Nakes Indonesia (DPN FKHN Indonesia) menggelar unjuk rasa di kawaasan Patung Kuda, Jakarta, Kamis (22/9/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Ditambah hanya 302 dari 608 atau sekitar setengah RSUD kelas C dan D saja yang sudah memiliki tujuh dokter spesialis lengkap alias yang memenuhi standar nasional. Sedangkan sisanya masih kompromi. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)