Barang Murah 'Made In China', Jadikan Tiongkok Raksasa Dunia

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
19 September 2022 16:00
Infografis:10 barang impor terbesar dari china
Foto: Infografis/ 10 barang impor terbesar dari china/ Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak bisa dipungkiri bahwa Perekonomian China berkembang pesat, berbagai produk negara tirai bambu ini nampaknya ada di mana-mana. Tak hanya itu, barang buatan China selalu bisa lebih murah dari dari produksi negara lain. Ini berhasil membuat Tiongkok menjadi raksasa ekonomi dunia. Nilai produk domestik bruto (PDB) China kini berada di urutan kedua di dunia di bawah Amerika Serikat. 

Meskipun saat ini China tak lepas dari gejolak ekonomi. Perlambatan ekonomi menghantui negara ini akibat kebijakan ketat nol-Covid. Bahkan, IMF pernah menyebutkan soal lockdown Covid-19 dan krisis real estat di Negeri Tirai Bambu sebagai penyebab rontoknya ekonomi.

Ekonomi China sedang tidak baik-baik saja. Perlambatan ekonomi menghantui negara ini akibat kebijakan ketat nol-Covid. Bahkan, IMF pernah menyebutkan soal lockdown Covid-19 dan krisis real estat di Negeri Tirai Bambu sebagai penyebab rontoknya ekonomi.

Di sisi lain, manufaktur di negara ini sempat terhambat dengan adanya gelombang panas yang terjadi pada Juli lalu. Namun, manufaktur China tampaknya perlahan kembali menguat pada Agustus 2022.

Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur China rebound ke level 49,4 pada periode Agustus 2022. Meski alami peningkatan, namun indeks manufaktur ini masih di level kontraksi karena berada di bawah level 50. Setidaknya mulai membaiknya PMI ini menjadi sinyal positif bagi pelaku bisnis termasuk barang-barang ekspor dari China yang masuk ke pasar Indonesia.

Keperkasaan China di pasar Indonesia sepertinya tak tertandingi. Terkait produk pangan di pasar ritel Indonesia, dari total impor produk berorientasi konsumen atau produk konsumsi, sebanyak US$ 2,035 miliar berasal dari China.

Selain itu, ada juga beberapa barang impor terbesar dari China berikut catatan dari Tim Riset CNBC Indonesia

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Ini Dia Penyebab Barang 'Made in China' Lebih Murah!

Dari banyaknya barang impor di pasar Indonesia, barang buatan China selalu bisa lebih murah dari dari produksi negara lain, di mana hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah, gaji karyawan, hingga sistem perpajakan.

1. Harga Material Untuk Produksi

Melansir Industry Week, faktor pertama yang mempengaruhi murahnya barang 'made in China' adalah harga material. Di mana untuk memproduksi satu barang seperti mainan, pabrikan di China bisa memesan volume material yang tinggi sehingga harganya ditekan serendah mungkin. Terlebih produsen material juga kebanyakan dari China juga.

Di tengah gejolak Covid-19 dan ekonomi global saat ini, PMI manufaktur China memang sempat tertekan karena lonjakan harga bahan baku, ini tentu sempat juga membebani perusahaan yang berorientasi ekspor.

Selain melonjaknya harga bahan mentah, pabrik-pabrik China sedang berjuang dengan biaya pengiriman yang tinggi dan mata uang China yang menguat. Beberapa perusahaan dapat memberikan biaya yang lebih tinggi kepada pelanggan di luar negeri. Sementara sebagian perusahaan kecil berhenti menerima pesanan untuk menghindari kerugian

Kondisi ini menunjukkan pemulihan kehilangan tenaga dan membutuhkan lebih banyak dukungan kebijakan.

2. Upah Tenaga Kerja Murah

Upah dari pekerja langsung yang terlibat dalam memproduksi mudah di China. Dimana tenaga kerja sangat berlimpah di China dan murah.

Selain itu, semua karyawan tergabung dalam ACFTU (All - China Federation of Trade Unions) yang saat ini sudah ada 170 juta anggota. Organisasi ini dikendalikan oleh Partai Komunis yang memiliki posisi monopolis, yang tidak ingin ada serikat otonom.

Tidak sedikit kejadian pemecatan hingga penyiksaan jika ada buruh yang protes akan aturan ini.

Sebab, serikat yang dibuat pemerintah ini menetapkan aturan bahwa membentuk serikat kerja penuh persaingan adalah ilegal. Sehingga semua persaingan baik lokal maupun asing akan dimonopoli oleh ACFTU.

3. Patuh Dengan Aturan Kesehatan Karena Tidak Di Cover Asuransi

Biaya kepatuhan terhadap peraturan kesehatan dan keselamatan serta peraturan lingkungan yang lebih murah ketimbang Amerika Serikat.

Hal ini China memberlakukan peraturan yang lebih sedikit ketimbang AS, bahkan negeri tirai bambu juga tidak memberikan asuransi kompensasi pekerja yang terluka dalam pekerjaan.

4. Bisa Dapat Cashback PPN

Biaya pajak dan bea dimana perusahaan berhasil melakukan ekspor bisa mendapatkan kembali biaya pajak pertambahan nilai (PPN), yang dibayarkan.

Selain itu, pemerintah China juga mewajibkan perusahaan asing memiliki perusahaan mitra 'China' yang mempertahankan kepemilikan mayoritas, mengambil sebagian besar keuntungan dan memiliki kendali nyata atas perusahaan.

5. Strategi Nasional 'Dumping'

Kelima, China memiliki strategi nasional 'dumping', dimana produsen pengekspor produk dengan harga yang berada di bawah pasar dalam negeri atau biaya produksi.

Politik dumping adalah politik dagang yang menetapkan harga jual di luar negeri lebih rendah dari harga normal. Tujuan dumping adalah untuk meningkatkan pangsa pasar di luar negeri dengan mematikan persaingan.

Tujuan dari dumping itu untuk menghancurkan dan merebut pasar, sehingga harga pada konsumen bisa diturunkan jauh di bawah persaingan.

Ini adalah strategi dari China sebagai negara neomercantilist, yang menggambarkan kebijakan mendorong ekspor menghambat impor dan mengontrol pergerakan modal. Serta memusatkan keputusan mata uang di tangan pemerintah pusat. Selain itu dumping juga tidak dilarang oleh WTO.

Apa yang Bisa Indonesia Pelajari?

Dari beberapa hal tersebut, Indonesia tak mesti belajar semuanya agar barang buatan Indonesia murah karena beda negara tentunya beda sistem perdagangan yang diterapkan. Jika kita mencontoh sistem perdagangan China makan ada dampak negatif baru yang dimunculkan.

Namun ada satu hal yang menarik yang bisa Indonesia pelajari. Sistem model bisnis yang ter-integrasi dan efisien bisa mengoptimalkan biaya produksi.

Selain manajemen sumber daya yang baik, perusahaan manufaktur perlu memikirkan tentang alur biaya produksi. Sebagian orang berpikir bahwa mengurangi biaya produksi akan menurunkan kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan manufaktur. Ternyata pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar.

Indonesia ini memiliki perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN) yang bergerak di berbagai sektor mulai dari finansial, industri, hingga logistik. Jika semua BUMN ini dapat terintegrasi dengan baik dan optimal maka biaya dalam sebuah produksi suatu barang lebih efisien.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular