Internasional

IEA: Lockdown China Bebani Permintaan Minyak Global

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
14 September 2022 22:00
Foto udara menunjukkan jalam utama kota China sepi akibat lonjakan kasus covid (lockdown). (News Service via Getty Images)
Foto: Foto udara menunjukkan jalam utama kota China sepi akibat lonjakan kasus covid (lockdown). (News Service via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguncian (lockdown) Covid-19 yang berulang di China rupanya membebani pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini. Hal ini disampaikan Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu (14/9/2022).

IEA mengatakan perlambatan permintaan minyak mentah sebagian diimbangi oleh peralihan dari gas ke minyak untuk pembangkit listrik, karena melonjaknya harga gas telah mendorong negara-negara untuk mengganti bahan bakar.

"Lingkungan ekonomi yang memburuk dan penguncian Covid yang berulang di China terus membebani sentimen pasar," kata IEA dalam laporan bulanannya tentang permintaan minyak global, mengutip AFP.

Permintaan minyak global kini diperkirakan tumbuh sebesar dua juta barel per hari tahun ini, sedikit turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,1 mbd.

IEA mengatakan total permintaan diproyeksikan mencapai 99,7 mbd pada 2022 sebelum kembali ke tingkat pra-Covid tahun depan, pada 101,8 mbd. Namun ini hanya bisa dicapai jika China dibuka kembali untuk dunia, kata badan yang berbasis di Paris ini.

China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia, sehingga aktivitas ekonomi yang lebih lambat di sana mempengaruhi permintaan global untuk bahan bakar fosil.

Sementara itu, produksi dan ekspor minyak Rusia telah terbukti tangguh, dengan tingkat Agustus hanya 400.000-450.000 barel per hari di bawah tingkat sebelum perang, kata IEA. Angka ini melejut meskipun ada sanksi Barat terhadap negara itu atas konflik Ukraina.

"Pengalihan rute minyak Rusia ke India, China, Turki, dan negara-negara lain telah mengurangi kerugian di pasar lain, termasuk penurunan 2,0 mbd dalam pengiriman ke Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan sejak awal tahun," kata laporan tersebut.

Tetapi embargo Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia yang mulai berlaku pada Desember diperkirakan akan menghasilkan penurunan yang lebih dalam, menurut IEA.


(tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dari Harga Minyak Hingga Tanaman Incaran Asing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular