Komaidi: Tolak BBM Bersubsidi Naik, Sama Saja Bela Orang Kaya

News - Khoirul Anam, CNBC Indonesia
13 September 2022 19:20
Suasana antrian pengemudi motor untuk mengisi BBM di SPBU Pertamina Kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu, (30/3/2022). (CNBC Indoneia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi SPBU (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Eksekutif Reforminer Institue, Komaidi Notonegoro menyebut penolakan terhadap kenaikan harga BBM sama halnya dengan membela orang kaya. Hal tersebut lantaran pengguna bahan bakar jenis pertalite didominasi oleh orang mampu.

"Terkait penolakan kenaikan harga BBM, itu sama halnya dengan upaya membela orang-orang kaya, sebab pengguna bahan bakar jenis pertalite umumnya didominasi oleh orang mampu," kata Komaidi dalam diskusi publik, Selasa (13/9/2022).

Komaidi menyampaikan terkait data pengguna bahan bakar bersubsidi 70% penggunanya adalah pemilik roda empat. Sementara roda 2 hanya 30% penggunanya. Dan secara keseluruhan penggunanya didominasi oleh orang-orang kaya

"Secara akumulatif, pengguna pertalite didominasi oleh orang-orang kaya. Kalkulasinya, pengguna bahan bakar bersubsidi itu 70% penggunanya adalah pemilik roda empat. Sementara roda 2 hanya 30%," tambahnya.

Selain itu, Komaidi juga turut memaparkan bahwa, penduduk miskin Indonesia pada tahun 2022 mencapai angka 26,11 juta jiwa. Dan rata-rata dari mereka tidak mempunyai kendaraan bermotor, sebab hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan primer.

"Penduduk Indonesia itu, garis kemiskinannya pada tahun 2022 mencapai angka 26,11 juta jiwa. Tapi mereka tidak punya kendaraan bermotor, sehingga alokasi BBM bersubsidi, umumnya tidak kepada mereka. Artinya, subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah untuk mensubsidi orang mampu di Indonesia, bukan orang miskin," pungkas Komaidi.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

BEM RI Dukung Kenaikan Pertalite, Ini Alasannya


(dpu/dpu)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading