Nah Lho! Pabrik-Pabrik Baju Mulai Rumahkan Karyawan, Ada Apa?

News - Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
12 September 2022 16:30
Pembeli memilih kain di salah satu toko tekstil di Pasar Baru, Jakarta, Selasa (6/4/2021). Pemerintah didesak untuk segera memberlakukan penerapan safequard atau perlindungan karena makin markanya produksi tekstil impor di Indonesia. Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Rizal Tanzil Rakhman menyebutkan bahwa industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sektor kain atau garmen saat ini tengah menghadapi gempuran impor kain yang mencapai 46 persen. Pantauan CNBC Indonesia kain didatangkan langsung dari Tiongkok, India dan Italia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo) Foto: Ilustrasi Garmen (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku industri garmen dan tekstil dalam negeri tengah menurunkan produksi sebanyak 30% - 50%, yang disebabkan maraknya produk impor. Imbasnya permintaan menurun hingga banyak karyawan yang tengah dirumahkan.

Ketua Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia Redma Gita Wirawasta, menjelaskan penurunan permintaan sudah terjadi sebulan terakhir sebelum kenaikan harga BBM. Hal ini disebabkan keran produk impor yang dibuka oleh Kementerian Perdagangan.

"Keran impor dibuka Kementerian Perdagangan sehingga impor lebih banyak, bahkan pada beberapa perusahaan sudah stop lini produksi sekitar 30%," kata Redma kepada CNBC Indonesia, Senin (12/9/2022).

Order tekstil dan garmen dari luar negeri juga juga menurun imbas inflasi yang terjadi pada banyak negara. Sedangkan jika mengharapkan pasar dalam negeri sulit bersaing dengan produk impor yang jauh lebih murah.

"Dari benang, kain, garmen masuknya (impor) masif, terutama kain dan garmen impornya masih banyak," kata Redma.

Dia menjelaskan banyak izin importir umum yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan dari tahun lalu untuk suplai industri kecil menengah (IKM). Dimana untuk izin impor produk kain impor yang dikeluarkan sampai Desember 2021 kemarin mencapai 1 miliar meter panjangnnya, itu setara dengan 200 - 250 ribu ton.

Redma mengatakan penurunan lini produksi ini dilakukan dari seluruh pelaku industri dari hulu hingga hilir. Dimana garmen memangkas produksi hingga 50% dan di hulu berkisar 20% - 30%. Membuat banyak karyawan yang dirumahkan.

"Sehingga sebagian banyak perusahaan merumahkan karyawan, kalau PHK belum," katanya meski belum menghitung jumlahnya.

Dengan kondisi kenaikan harga Bahan - Bakar Minyak (BBM) subsidi yang naik membuat ongkos produksi semakin membengkak, setidaknya 20% - 30% dari komponen logistik. Namun pengusaha tidak bisa menaikkan harga karena tidak bisa bersaing dengan produk impor.

"Kita khawatir dengan barang impor pada pasar banyak masuk, demand (produk dalam negeri) melemah karena market mengecil, tapi supply barang banyak karena impor. Kita terjepit sana sini," katanya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Pak Jokowi, Industri Garmen Makin Gawat, PHK di Mana-Mana!


(hoi/hoi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading