Internasional

Pasukan Rusia Kocar-kacir di Ukraina, Sekutu Putin Ngamuk!

luc, CNBC Indonesia
Senin, 12/09/2022 06:00 WIB
Foto: Anggota dinas dari Republik Chechnya berjalan selama pertempuran dalam konflik Ukraina-Rusia di kota Mariupol, Ukraina. (REUTERS/STRINGER)

Jakarta, CNBC Indonesia - Simpatisan dan kubu nasionalis Rusia mendesak Presiden Vladimir Putin membuat perubahan untuk memastikan kemenangan akhir dalam perang Ukraina, sehari setelah Moskow dipaksa untuk meninggalkan benteng utamanya di timur laut Ukraina.

Jatuhnya Izium dengan cepat di provinsi Kharkiv merupakan kekalahan militer terburuk Rusia sejak pasukannya dipaksa mundur dari Ibu Kota Ukraina, Kyiv, pada Maret.

Adapun, ketika pasukan Rusia meninggalkan kota demi kota pada hari Sabtu, Putin justru 'bersantai' dengan membuka kincir ria terbesar di Eropa di taman Moskow dan kembang api menerangi langit di atas Lapangan Merah untuk merayakan pendirian kota itu pada tahun 1147.


Dalam pesan suara berdurasi 11 menit yang diunggah ke aplikasi Telegram, pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov, sekutu Putin yang pasukannya berada di garis depan perang di Ukraina, tak bisa menutupu kegeramannya.

"Jika hari ini atau besok tidak ada perubahan dalam pelaksanaan operasi militer khusus, saya akan terpaksa pergi ke pimpinan negara untuk menjelaskan kepada mereka situasi di lapangan," kata Kadyrov, Minggu (11/9/2022), dikutip Reuters.

Sementara itu, kebisuan Moskow atas kekalahan di timur laut Ukraina memicu kemarahan yang signifikan di antara beberapa pro-perang dan nasionalis Rusia di media sosial.

"Mereka sedang kencing," tulis seorang blogger militer pro-perang terkemuka di Telegram, yang mengunggahnya dengan nama Rybar.

"Sekarang bukan waktunya untuk tutup mulut dan tidak mengatakan apa-apa," tegasnya.

Sebelumnya, pada hari Sabtu Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan "pengumpulan kembali" yang akan memindahkan pasukan dari Kharkiv untuk fokus pada wilayah Donetsk, lebih jauh di timur Ukraina. Beberapa koresponden perang pro-Kremlin dan mantan prajurit dan saat ini yang telah mengumpulkan banyak pengikut di Telegram menuduh kementerian meminimalkan kekalahan.

Igor Girkin, seorang militan nasionalis dan mantan perwira FSB yang membantu melancarkan perang tahun 2014 di wilayah Donbas timur Ukraina, membandingkan mundurnya pasukan Rusia saat ini dengan Pertempuran Mukden 1905 - sebuah kekalahan besar dalam perang Rusia-Jepang yang memicu Revolusi Rusia 1905.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: LA Bak Medan Perang - Putin Beri Syarat Damai