
Eropa Belum Sepakati Senjata untuk Serang Balik Putin

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri-menteri energi Uni Eropa meminta meminta Komisi Eropa untuk segera merancang langkah mendesak guna menurunkan harga energi. Namun, mereka belum menyepakati pemangkasan penggunaan energi dan proposal penting lainnya.
Seperti diketahui, menteri-menteri Eropa berkumpul pada Jumat waktu setempat (9/9/2022) untuk membahas krisis energi yang mereka hadapi sekaligus mencari cara agar harga energi tetap terjangkau.
Adapun, krisis di Benua Biru memburuk setelah perusahaan Rusia Gazprom memutuskan untuk memangkas pasokan gas ke Eropa selama Eropa masih memberlakukan sanksi kepada mereka.
Uni Eropa sendiri melihat keputusan Rusia sebagai upaya Presiden Vladimir Putin untuk menjadikan gas sebagai senjata perang melawan Eropa.
Pertemuan kemarin hanyalah langkah pertama dari serangkaian proses dalam penyelesaian krisis energi. Presiden Uni Eropa Ursula von der Leyen dijadwalkan akan berdialog dengan Parlemen Eropa pada Rabu mendatang (14/9/2022) untuk membahas hasil pertemuan Jumat kemarin.
Sejumlah proposal telah disampaikan sejumlah negara mulai dari penerapan batas harga gas Rusia, pembatasan penggunaan energi pada jam-jam sibuk dan batas atas harga impor gas alam non-Rusia.
Proposal lainnya adalah dengan alokasi pendapatan dari produsen listrik selain gas alam yang berbiaya tinggi serta "tax solidarity". Tax tersebut mengharuskan produsen bahan bakar fosil untuk menyumbangkan sebagian keuntungan yang nantinya akan digunakan meringankan beban konsumen atau untuk pengembangan energi terbarukan
"Pertempuran" berbagai macam proposal untuk mengatasi krisis energi di antara 27 anggota Uni Eropa kemungkinan baru akan dibahas mulai pekan depan.
"Ada 27 negara di Uni Eropa dengan persoalan energi yang sangat berbeda. Kondisi geografis kamu juga berbeda yang akan sangat menentukan karena ada dari kami yang memiliki musim panas dan dingin lebih berat dari yang lainnya," tutur menteri transisi ekologi Italia Roberto Cingolani, seperti dikutip Bloomberg.
Salah satu pembahasan yang allot adalah mengenai pembatasan harga gas, apakah nantinya hanya untuk impor gas Rusia atau untuk impor dari negara lain seperti Norwegia da Amerika Serikat. Mereka juga banyak yang lebih mengusulkan untuk pembatasan harga domestik.
Sejumlah negara keberatan dengan langkah pembatasan harga gas impor karena mereka tengah mengejar pasokan energi. Namun, semuanya hampir sepakat mengenai peningkatan likuiditas di pasar energi yang lumpuh akibat lonjakan harga energi.
"Kami harus sepakat jika situasi yang sangat heterogen di antara negara Uni Eropa menyulitkan kami untuk sepakat secara bulat, cepat, dan bisa menyenangkan semua pihak," ujar Cingolani.
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Makin Ngeri, Giliran Swedia Teriak "Peringatan Dini"