Perang Diramal Tanpa Ujung, Rusia Ketiban 'Durian Runtuh'?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
10 September 2022 13:50
Russian President Vladimir Putin attends a meeting with ornithologists and members of the Kamchatka falcon breeding centre in the region of Kamchatka, Russia, September 5, 2022. Sputnik/Gavriil Grigorov/Pool via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY.
Foto: via REUTERS/SPUTNIK

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina diramal akan berlangsung cukup lama. Hal ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo setelah mengunjungi Moskow dan Kyiv.

Dalam forum Sarasehan 100 Ekonom Indonesia 2022 CNBC Indonesia bersama INDEF, Jokowi mengungkapkan bahwa perang ini masih sulit diselesaikan

"Dari diskusi, bicara, ketemu 2 Presiden tadi saya simpulkan bahwa keadaan ini akan berjalan masih lama lagi. Jangan berharap perang itu besok atau bulan depan selesai. Sangat tidak mudah," kata Jokowi, Rabu (7/9/2022).

Meski terjadi perang antara keduanya, Rusia disebutkan mendapatkan keuntungan yang besar. Bahkan hampir menembus Rp 2.500 triliun.

Rusia memang menang banyak akibat perang, terutama dari sisi perdagangan. Transaksi berjalan (current account) terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Di kuartal II-2020, current account Rusia tercatat sebesar US$ 70,1 miliar. Ini lebih tinggi dari rekor kuartal sebelumnya US$ 68,38 miliar.

Bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) sendiri pada awal bulan lalu melaporkan pada periode Januari - Juli 2022, current account mencatat surplus US$ 166 miliar atau sekitar Rp 2.473 triliun (kurs Rp 14.900/US$).

Estimasi tersebut lebih dari tiga kali lipat dari periode yang sama tahun 2021 senilai US$ 50 miliar, menurut CBR.

Besarnya surplus current account tersebut terjadi akibat impor yang menurun, sementara ekspor melonjak akibat tingginya harga komoditas energi. Selain minyak mentah, ada gas alam dan batu bara yang harganya gila-gilaan.

Kementerian Ekonomi Rusia di tahun ini memprediksi di tahun ini pendapatan ekspor energi akan mencapai US$ 338 miliar, naik dari tahun lalu sebesar US$ 244 miliar.

"Dinamika transaksi berjalan ditentukan oleh melebarnya surplus neraca barang dan jasa sebagai hasil dari kenaikan signifikan nilai ekspor barang sementara nilai impor mengalami penurunan," tulis CBR.


(tps/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sudah Setahun, Kok Perang Rusia & Ukraina Gak Kelar-kelar?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular