Jokowi yang Kini Punya Musuh di Banyak Negara Gegara Ini

News - Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
10 September 2022 12:20
Pernyataan Presiden Jokowi soal Kesepakatan Penyesuaian Flight Information Region, 7 September 2022 (Tangkpan Layar Sekretariat Presiden) Foto: Pernyataan Presiden Jokowi soal Kesepakatan Penyesuaian Flight Information Region, 7 September 2022 (Tangkpan Layar Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komitmen pemerintah Indonesia memacu hilirisasi sumber daya alam (SDA) ternyata menyimpan sebuah cerita yang kurang mengenakkan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan disebut-sebut dimusuhi oleh banyak negara,

Seperti diketahui, Jokowi dalam berbagai kesempatan memang dengan tegas melarang ekspor komoditas tertentu dalam bentuk barang mentah. Sebut saja nikel yang sudah dimulai sekitar 3 tahun lalu.

Di hadapan ekonom INDEF dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Jokowi mengungkapkan lagi rencananya menambah deretan komoditas yang akan dilarang mentah.

"Tahun ini, setop timah. Tahun depan bauksit, ke depannya lagi, tembaga," ujar Presiden Jokowi dalam acara Sarasehan 100 Ekonom, dikutip Sabtu (10/9/2022).

Jokowi bukan tak menyadari, kebijakan tersebut akan mendapatkan penolakan keras dari negara-negara tetangga maupun sahabat yang selama ini membutuhkan komoditas sumber daya alam Indonesia.

"Musuhnya memang negara maju yang biasa barang itu kita kirim ke sana. Ngamuk semuanya. Nikel kita sudah di bawa ke WTO. Sudah. Enggak apa-apa, kita hadapi," kata Jokowi pernah dalam suatu kesempatan.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pun mengungkapkan, Presiden Jokowi hampir dimusuhi banyak negara akibat sikapnya itu.

Indonesia memang sudah teguh untuk melarang ekspor biji nikel raw material, dan memilih untuk mengekspor nikel bernilai tambah. Dan, ternyata itu membuahkan hasil dengan meningkatnya nilai tambah di dalam negeri karena hilirisasi.

Sebenarnya bagaimana sih cerita awal Jokowi hampir dimusuhi banyak negara itu?

Berawal dari saat Presiden Jokowi menghadiri pertemuan G-20 di Roma, Italia akhir tahun lalu. Dalam pertemuan itu, Jokowi disodori rencana kerja sama rantai pasok global. Dia pun mengaku sempat tergiur mengikuti perjanjian itu.

Dan, pada saat bersamaan, sudah ada 16 negara yang sudah berkumpul menandatangani kesepakatan global supply chain itu. Namun Jokowi lalu berubah pikiran setelah membaca detail rencana kerja sama tersebut.

Jokowi memutuskan untuk menarik diri dari perjanjian tersebut. Pasalnya, dalam kesepakatan ada klausul yang mengharuskan Indonesia terus mengekspor bahan mentah.

"Begitu baca, masuk ke ruangan, ndak, ndak, ndak. Ndak, kita nggak ikut. Semua bubar, enggak jadi. Hanya gara-gara kita enggak mau tanda tangan, semua jadi buyar lagi, karena saya tahu sebenarnya yang diincar hanya kita saja," tegasnya.

Jokowi mengatakan, dibutuhkan keberanian dalam mengambil suatu kebijakan. Apalagi menurutnya, posisi Indonesia dalam hal memiliki peran yang cukup besar.

"Di WTO kalah, ya enggak apa-apa. Tapi kalau enggak berani coba, kapan kita akan lakukan hilirisasi. Kapan kita setop kirim raw material. Sampai kapanpun kita hanya jadi negara pengekspor bahan mentah," kata Jokowi.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jokowi Full Senyum, Dapat 'Durian Runtuh' Rp 326 Triliun


(cha/cha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading