Internasional

Dolar AS-Pound Minggir! Putin Sebut Bakal Tak Laku, Kenapa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
08 September 2022 11:27
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara selama pembicaraannya dengan Presiden Indonesia Joko Widodo di Kremlin pada 30 Juni 2022 di Moskow, Rusia. (Getty Images/Contributor)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara selama pembicaraannya dengan Presiden Indonesia Joko Widodo di Kremlin pada 30 Juni 2022 di Moskow, Rusia. (Getty Images/Contributor)

Jakarta,CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin memberi sinyal buruk pada dolar Amerika Serikat (AS), euro dan poundsterling Inggris. Ia mengisyaratkan mata yang tersebut bakal tak laku lagi.

Kenapa?

Berbicara dalam Forum Ekonomi Timur di kota pelabuhan Pasifik Rusia Vladivostok, Rabu, Putin menegaskan ketiganya telah kehilangan kepercayaan global. Rusia sendiri, tegasnya, akan menjauhkan diri dari mata uang yang menurutnya "tidak dapat diandalkan dan dikompromikan" tersebut.

"Negara-negara barat telah merusak fondasi sistem ekonomi global. Ada kehilangan kepercayaan pada dolar (AS), Euro, dan Pound Sterling sebagai mata uang untuk melakukan transaksi," tegasnya sebagaimana ditulis Reuters dikutip Kamis (8/9/2022).

Ia mengatakan hal sama juga terlihat dari gerakan sekutu-sekutu Barat. Menurutnya mereka mulai mengurangi secara bertahap penggunaan dolar AS.

"Berdasarkan statistik, bahkan sekutu-sekutu AS secara bertahap mulai mengurangi tabungan dan pembayaran mereka dalam dolar," tambahnya dikutip dari Russia Today.

Komentar Putin ini juga muncul menanggapi sanksi Barat ke Rusia. Meski diberondong hukuman AS dan Eropa, ia menegaskan negerinya sudah mulai lepas dari dampak sanksi.

Pernyataan juga datang setelah sehari sebelumnya, perusahaan gas Rusia Gazprom mengumumkan akan beralih dari dolar AS ke mata uang nasional yuan dan rubel untuk membayar pengiriman gas alam Beruang Merah ke China. BUMN Kremlin itu menyebut ini solusi yang mengguntungkan kedua negara.

"Transisi dilakukan untuk melakukan pembayaran pasokan gas Rusia ke China dalam mata uang nasional kedua negara, rubel dan yuan," kata Gazprom dalam sebuah pernyataan dimuat AFP.

"Mekanisme pembayaran baru merupakan solusi yang saling menguntungkan, tepat waktu, andal, dan praktis," tambah CEO Gazprom Alexei Miller

Dalam keterangan kemarin, Putin juga menyinggung ini. Ia menyebut proporsi mata sang kedua negara adalah 50:50.

Diketahui pembelian energi Rusia ke India juga menggunakan mata uang masing-masing. India membayar minyak Rusia dengan rupee-rubel sejak Maret.

Mengutip BP Statistical Review of World Energy di 2020, Rusia memiliki cadangan gas alam terbesar dunia. Jumlahnya mencapai 37,4 triliun meter kubik

Di tahun itu, dunia memiliki 188,1 triliun meter kubik cadangan gas. Angka ini turun dari 2019, 190,3 triliun meter kubik.

RI Beli Minyak Rusia Pakai Rubel?

Sementara itu, Indonesia disebutkan sedang dalam diskusi untuk membeli minyak Rusia. Ini dikatakan Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobyeva ditemui kemarin.

Ia mengatakan komunikasi antara pihak Pertamina dan Rusia masih terjadi. "Pertamina sedang dalam kontak dengan pihak Rusia," tambahnya.

Namun apakah menggunakan rupiah atau rubel, ini masih didiskusikan. Ia mengatakan Indonesia tidak menjatuhkan sanksi pada Rusia sehingga bila RI berminat untuk membeli minyak maka metode pembayaran diserahkan dalam negosiasi antara kedua pihak.


(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cacar Monyet Mengancam, Kemenkes Perketat Pintu Masuk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular