
Jokowi Pede RI Jadi Negara Maju, Income per Kapita US$10.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan Indonesia berpotensi menjadi negara maju pada 2030, seiring dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang diyakini tembus US$3 triliun.
Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) US$3 triliun, pendapatan per kapita (income per capita) masyarakat dapat tumbuh US$ 10.000 per kapita.
Jokowi mengaku bahwa dirinya menghitung sendiri perkiraan ini. Menurutnya, perkiraannya mungkin berbeda dengan perhitungan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
"Saya meyakini bahwa GDP kita di 2030 sudah di atas US$ 3 triliun saya yakin. Insyaallah tembus angka US$ 3 triliun. Income per kapita saya meyakini, walaupun mungkin berbeda dengan Bu menkeu, enggak apa-apa juga. Saya hitung-hitung sendiri, ibu menteri hitung-hitung sendiri enggak apa-apa," kata Jokowi dalam Sarasehan 100 Ekonom yang mengangkat tema 'Normalisasi Kebijakan Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia', Rabu (7/9/2022).
Dia mengatakan angka-angka ini dapat terealisasi asalkan Indonesia konsisten mendorong usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masuk ke dalam ekosistem ekonomi digital.
"61% UMKM kita berkontribusi ke PDB nasional sehingga dengan adanya keruwetan dunia mereka harus kita dorong untuk masuk ke ekosistem digital, bisa masuk ke e-commerce, atau platform-platform digital," tegasnya.
Menteri BUMN Erick Thohir mengingatkan bahwa target pertumbuhan ekonomi digital hingga menembus Rp4.800 triliun tinggal 8 tahun lagi, yakni hingga 2030.
Oleh karena itu, dia melihat pemerintah dan semua pihak harus mendorong perkembangan ekonomi digital di Tanah Air.
"Ini justru kita harus dorong digital ekonomi kita bukan anti asing," papar Erick yang turut hadir dalam sarasehan tersebut.
Erick mencontohkan gim telah menjadi pekerjaan serius saat ini. "Game itu sekarang sudah menjadi pekerjaan dan ini ada nilai transaksi keuangannya," kata Erick.
Hal ini seharusnya diantisipasi dengan kebijakan ekonomi digital. Jika tidak diupayakan, UMKM di Tanah Air bisa tertinggal.
Dia kembali mencontohkan kompetisi antara UMKM dan perusahaan besar. Perusahaan mampu membeli barang dengan jumlah besar melalui e-commerce dengan gratis ongkos kirim dan diskon yang lumayan.
Sementara itu, UMKM mungkin hanya dapat membeli dalam jumlah sedikit dan dijual di warung kecil. Rantai pasok atau supply chain, menurut Erick, menjadi masalah dalam pengembangan ekonomi digital, terutama bagi UMKM.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Minta Pelaku UMKM Patenkan Produk
