Saat Rizal Ramli Heran BBM Malaysia Malah Turun, Kok Bisa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom Senior Rizal Ramli menilai menyebutkan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi sangat besar karena mengerek inflasi makanan bisa menembus 15% pada tahun ini. Tingginya inflasi ini akan memberikan beban kepada masyarakat kecil.
Dia menilai kenaikan harga BBM tersebut sebenarnya bisa dihindari oleh pemerintah, yaitu dengan melakukan efisiensi di sisi Pertamina.
"Tingkatkan efisiensi Pertamina dengan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Hitungan saya dapat Rp 100 triliun cukup itu," ungkap Rizal Ramli dalam Profit, CNBC Indonesia, Senin (5/9/2022).
Dia pun mengaku heran, ketika Petronas Malaysia menurunkan harga BBM, Indonesia justru memilih langkah bertolak belakang.
"Malaysia aja menurunkan, masa kita naik. Tega amat sih!" tegasnya.
Pemerintah sendiri sudah menegaskan bahwa kenaikan harga BBM merupakan pilihan sulit dan berat yang harus diambil.
"Ini adalah pilihan terakhir pemerintah, yaitu mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini mendapat subsidi akan mengalami penyesuaian," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi), Sabtu (3/9/2022).
Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah menghitung jika harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) tetap berada di US$85 per barel, subsidi akan tetap bertambah dari Rp 502 triliun menjadi Rp 640 triliun.
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira sebelumnya mengungkapkan opsi menaikkan harga BBM rupanya dapat membantu pemerintah menghemat anggaran subsidi untuk dialokasikan ke proyek infrastruktur.
"Proyek infrastruktur akan membekas di konstituen sebagai warisan Jokowi," katanya.
Selain itu, dia menilai kenaikan harga BBM akan memberikan ruang fiskal bagi pemerintah dalam mengantisipasi penurunan pendapatan dari komoditas.
(haa/haa)