Waspada Harga Daging 'Ngamuk' di Akhir Tahun, Ini Sebabnya

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Senin, 05/09/2022 14:45 WIB
Foto: Daging Sapi (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - BUMN Klaster Pangan, PT Berdikari (Persero) mengajukan tambahan kuota impor daging sapi. Hal ini karena pasokan dalam negeri terbatas imbas adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sehingga harga daging sapi berpotensi terus naik di akhir tahun 2022.

Direktur Utama PT Berdikari (Persero) Harry Warganegara, mengatakan realisasi impor daging sapi impor dari Brasil sudah diselesaikan, dimana pengiriman terakhir akan dilakukan pada bulan Oktober 2022. Sehingga Bulan November 2022 - Februari 2023 stok daging dipastikan menipis di stok perusahaan

"Kami sudah laporkan kepada Kementerian BUMN adanya tambahan penugasan, karena November - Desember (2022) kita nggak punya dagingnya, Januari - Februari (2023) nggak punya daging karena penugasan itu di Maret, baru bisa sampai itu Juni," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Senin (5/9/2022).


Dia menjelaskan usulan penambahan impor daging ini juga tidak lepas dengan mewabahnya virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Sehingga banyak sapi yang harus dipotong dini.

"Dengan adanya kasus PMK, sapi-sapi itu banyak dipotong lebih cepat. Kita mengalami 2 bulan terakhir oversupply, tapi kemudian kita nggak akan punya sapi," katanya.

Jika kebutuhan impor ini tidak bisa dipenuhi, maka harga jual sapi berpotensi bisa melonjak.

"Sehingga akan diprediksi kebutuhan impornya ini akan besar kalau tidak diimbangi penugasan sapi Brasil yang harganya masih di bawah sapi Australia sebanyak 15% - 20%, maka harga kami khawatirkan akan naik di awal tahun (2023) atau akhir tahun (2022)," katanya.

Berdikari juga meminta kepada Kementerian Pertanian untuk menambah supplier daging sapi dari Brasil, yang mana saat ini hanya disokong dari Minerva dan JBS saja."Sehingga kita punya alternatif supplier dan harga pun bisa bersaing," katanya.

Konsumsi nasional untuk daging sapi di Indonesia mencapai 700 ribu ton, sementara 400 ribu ton yang baru bisa disuplai dari dalam negeri, kemudian 300 ribu ton berasal dari impor baik penugasan Bulog (Kerbau) maupun PT Berdikari (sapi Brasil 20.000 ton).

"Sisanya swasta yang diimpor dari Australia dan AS. Ketergantungan negara kita terhadap daging sapi itu sangat besar," Harry.


(hoi/hoi)