Internasional

Menhan Rusia: Ukraina Lakukan 'Terorisme Nuklir'

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Jumat, 02/09/2022 20:31 WIB
Foto: Sergei Shoigu (AP/Vadim Savitskiy)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan (Menhan) Rusia Sergei Shoigu mengatakan penembakan yang dilakukan Ukraina terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia meningkatkan risiko bencana nuklir di Eropa.

Shoigu menuduh Ukraina melakukan "terorisme nuklir" dan menolak pernyataan Kyiv serta Barat bahwa Rusia telah mengerahkan senjata berat di PLTN terbesar di Eropa tersebut. Sejak Maret lalu, Moskow telah mengendalikan PLTN yang terletak di Ukraina selatan.

"Kami tidak memiliki senjata berat di wilayah pembangkit listrik tenaga nuklir atau di daerah sekitarnya. Saya berharap misi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) akan yakin akan hal ini," kata Shoigu dalam pernyataan yang diterbitkan oleh kementerian pertahanan, Jumat (2/9/2022), melansir Reuters.


Sebuah misi IAEA sendiri telah tiba di pabrik pada Kamis untuk memeriksa operasi dan menilai kerusakan pada PLTN tersebut.

Shoigu juga menggandakan desakan Moskow bahwa Kyiv akan memikul tanggung jawab atas setiap eskalasi di situs tersebut dan khawatir situasi di PLTN Zaporizhzhia dapat menyebabkan bencana nuklir seperti Chernobyl.

"Kyiv menciptakan ancaman nyata dari bencana nuklir dan menggunakan senjata yang dipasok Barat untuk menyerang pabrik," kata Shoigu.

Dia mengatakan Ukraina telah menembakkan 120 peluru artileri dan meluncurkan 16 serangan pesawat tak berawak "kamikaze" selama enam minggu terakhir.

"Ini tidak lain adalah terorisme nuklir," tambah Shoigu, yang juga menuduh Amerika Serikat dan Uni Eropa mendorong tindakan sembrono Ukraina.

Baik Kyiv dan Moskow saling menuduh menyerang fasilitas tersebut. Ukraina menyalahkan Rusia atas penembakan itu dan menuduhnya menggunakan fasilitas itu untuk melindungi pasukannya, tuduhan yang dibantah Kremlin.

Awal pekan ini, pejabat Rusia mengatakan bahwa tingkat radiasi di fasilitas itu tetap normal. Sementara dua pejabat IAEA akan tetap berada di pabrik itu secara permanen setelah misi minggu ini selesai, kata duta besar Rusia untuk lembaga-lembaga internasional di Wina.


(tfa/luc)