
2,5 Tahun Pandemi Covid-19, Apa Kabar Pariwisata RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia dilaporkan terus membaik. Dari awal tahun hingga Juli 2022, grafik menunjukkan tingkat kunjungan yang merangkak naik.
Di mana kunjungan selama bulan Juli mencapai 477 ribu orang. Namun, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menilai angka tersebut masih jauh dibanding sebelum pandemi.
"Kalau dibandingkan periode 2020 atau periode-periode sebelumnya, capaian ini masih jauh tertinggal. Artinya belum pulih sepenuhnya dibanding masa sebelum pandemi," katanya saat konferensi pers, dikutip Jumat (2/9/2022).
Pada Januari 2022, jumlah kunjungan wisman hanya 15,1 ribu orang, lalu merangkak naik pada April sudah tembus tiga digit yakni 111,1 ribu orang dan puncaknya pada Juli.
"Jumlah kunjungan wisman Juli 2022 477 ribu kunjungan, tertinggi sejak periode awal tahun ini. Ini penting karena wisatawan beri efek garda besar di ekonomi," kata Margo.
"Secara kumulatif Januari Juli 2022 kunjungan 1.220.280 naik 1.434,39%," lanjutnya.
Angkat tersebut masih jauh dari ideal. Jika menarik mundur ke belakang yakni sebelum pandemi, angka total kunjungan Januari-Juli tahun ini masih jauh tertinggal dibanding Januari-Februari 2022 yang mencapai 1,795 juta orang. Akibatnya berdampak pada sektor perhotelan.
![]() BPS |
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) atau okupansi hotel di Indonesia menurun pada bulan Juli 2022 lalu. BPS mencatat penyebab penurunan tersebut akibat beberapa faktor.
"Tingkat penghunian kamar atau TPK Juli ini 2022 menurun tipis dibanding Juni, yakni sebesar 49,77%, turun 0,51 dibanding Juni 2022. Mudah dipahami turun Juli karena habis libur sekolah dan selesai event terutama side event G20 dan beberapa pekan olahraga di daerah," kata Margo.
Penyebaran tingkat okupansi hotel tidak hanya menumpuk di Pulau Jawa, namun justru tiga provinsi teratas berasal dari tiga pulau berbeda. Posisi utama dipegang oleh provinsi yang mengandalkan sektor pariwisata.
"TPK provinsi DIY di kelas hotel bintang merupakan yang tertinggi di Indonesia, yakni 62,17%. Sedangkan non bintang 24,88%, disusul Kaltim 61,23% di hotel bintang dan di non bintang 25,56%. Yang tinggi berikutnya di Lampung TPK hotel bintang 57,92%, non bintang 30,78%," kata Margo.
Uniknya, penyebaran provinsi dengan okupansi terendah pun juga tersebar di banyak provinsi. Ketiga provinsi tersebut juga berasal dari pulau yang berbeda.
"Yang tingkat terendah tersebar di Aceh, Maluku, dan Sulbar," kata Margo.
Dari data BPS, okupansi bintang di Aceh hanya 32,45% , sementara untuk non bintang hanya 23,66. Sementara Maluku okupansi hotel bintangnya hanya 31,92%, disusul non bintang 17,14%.
(dce) Next Article Anak Buah Sandi Bawa Kabar Enggak Enak, Pariwisata Gelap!
