Jepang Kobarkan Perang terhadap Teknologi 'Jadul'
Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang menyatakan perang pada floppy disk atau disket dan teknologi retro lainnya yang digunakan oleh birokrat negara tersebut.
Menteri Digital Jepang Taro Kono mengatakan sekitar 1.900 prosedur pemerintahan masih mengharuskan bisnis untuk menggunakan perangkat penyimpanan itu, ditambah CD dan mini-disc. Menurutnya, peraturan akan diperbarui untuk memungkinkan orang menggunakan layanan online.
Terlepas dari reputasinya untuk gadget berteknologi tinggi yang inovatif, Jepang terkenal karena berpegang teguh pada teknologi yang ketinggalan zaman melalui budaya kantornya.
Adapun, disket dibuat pada akhir 1960-an, tetapi mulai ketinggalan zaman tiga dekade kemudian berkat solusi penyimpanan yang lebih efisien.
Lebih dari 20.000 disket biasa akan diperlukan untuk mereplikasi penyimpanan memori rata-rata yang menyimpan 32GB informasi.
Namun, warisan perangkat berbentuk persegi ini masih dapat disaksikan hingga hari ini, karena tampilan visualnya mengilhami ikon "save" tradisional.
"Saya ingin menyingkirkan mesin faks, dan saya masih berencana untuk melakukannya. (Lalu) di mana floppy disk hari ini?" kata Kono, dikutip BBC, Kamis (1/9/2022).
Berbagai penjelasan telah ditawarkan, termasuk rendahnya literasi digital dan budaya birokrasi dengan sikap konservatif.
Ada kejutan ketika menteri keamanan siber negara itu mengakui pada 2018 bahwa dia tidak pernah menggunakan komputer, dengan mengatakan bahwa dia selalu mendelegasikan tugas TI kepada stafnya.
Adapun, baru pada tahun 2019 penyedia pager terakhir di Jepang menutup layanannya, dengan pelanggan pribadi terakhir menjelaskan bahwa itu adalah metode komunikasi yang disukai untuk ibunya yang sudah lanjut usia.
Pejabat di AS juga diketahui masih menggunakan disket untuk mengelola kekuatan senjata nuklir mereka selama tahun 2010-an, meskipun praktik ini dilaporkan dihapus pada akhir dekade ini.
(luc/luc)