Ramalan Seram Sri Mulyani di 2023, Bisa Menyakitkan Bagi RI

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Rabu, 31/08/2022 15:45 WIB
Foto: Konferensi Pers Tindak Lanjut Hasil Rakor KemenkoPerekonomian terkait Kebijakan Subsidi BBM (Tangkapan Layar Youtube Kementerian Keuangan RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan terdapat potensi penurunan pertumbuhan ekonomi pada 2023 yang saat ini diproyeksikan mencapai 5,3% (year on year). Penurunan pertumbuhan ekonomi dari target tersebut tak lepas dari ketidakpastian ekonomi global.

Sri Mulyani bilang, penurunan target pertumbuhan ekonomi di tahun depan, salah satunya berasal dari kebijakan bank sentral di negara maju yang akan terus menaikan suku bunga atau hawkish pada 2023.

"Kalau kita lihat 2023 ada tendensi revisi ke bawah terhadap proyeksi ekonomi dari bank-bank sentral di negara maju yang terus menaikan suku bunga pada 2023," jelas Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (31/8/2022).

"Hal ini diperkirakan akan memukul pertumbuhan ekonomi dan ini akan berpotensi mengenai Indonesia dari sisi ekspor," kata Sri Mulyani melanjutkan.



Kinerja ekspor Indonesia yang bisa tumbuh di atas 30% mungkin bukan lagi menjadi baseline yang akan terus terjadi. Oleh karena itu, kata Sri Mulyani pemerintah akan sangat berhati-hati, mengingat konsumsi juga berpotensi melemah akibat kenaikan harga komoditas.

Secara rinci, target pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,3% akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang diperkirakan tumbuh 5,2%, konsumsi LNPRT diperkirakan tumbuh 8,1% dan konsumsi pemerintah yang diperkirakan tumbuh 0,8%.

"Konsumsi rumah tangga akan tetap bertahan di atas 5% adalah sebuah asumsi yang cukup optimis," ujarnya.

Kemudian, investasi diproyeksikan tumbuh 6,1%, ekspor 8%, impor 7,1%, manufaktur 5,3%, pertanian 3,7%, perdagangan 5,4%, konstruksi 6,5%, pertambangan 3,2%, dan transportasi 7,4%.

Dalam mencapai target investasi di tahun depan yang sebesar 6,1%, dibutuhkan usaha yang lebih besar, mengingat pada Kuartal II-2022 masih di level 3%.




Target investasi di tahun depan bisa didorong dari sisi perbankan, capital market maupun terciptanya easy of doing business untuk mampu menarik capital inflow.

Sedangkan sektor-sektor yang terkena scarring effect lebih dalam akibat pandemi Covid-19 seperti konstruksi, transportasi dan akomodasi diperkirakan baru akan mulai pulih secara cukup baik pada 2023.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AMRO Ungkap Risiko Pembengkakan Rasio Utang RI Terhadap PDB