Jelang Harga BBM Naik

Miris! Sepertiga Pendapatan Negara Dibakar untuk Subsidi BBM

News - hadijah, CNBC Indonesia
31 August 2022 06:05
Warga mengisi bensin di Kawasan SPBU Kuningan Rasuna Said, Jakarta, Selasa, 28/Juni/2022. PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Patra Niaga berencana mengatur pembelian Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Khusus Penugasan (JBKP) seperti Pertalite dan juga BBM Solar Subsidi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Warga mengisi bensin di Kawasan SPBU Kuningan Rasuna Said, Jakarta, Selasa, 28/Juni/2022. PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Patra Niaga berencana mengatur pembelian Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Khusus Penugasan (JBKP) seperti Pertalite dan juga BBM Solar Subsidi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dinilai tidak memiliki opsi lain selain menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Jika tidak dilakukan segera, anggaran subsidi dan kompensasi energi akan bertambah sehingga pada akhirnya menekan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Tahun ini, pemerintah telah menganggarkan subsidi energi sebesar Rp502,4 triliun. Namun, jumlah subsidi dan kompensasi ini diperkirakan akan habis pada Oktober ini dan bisa tembus di atas Rp698 triliun pada akhir tahun. Alhasil, ini akan menjadi beban dalam APBN 2023.

Kepala Ekonom Bahan Sekuritas, Satria Sambijantoro menilai opsi menaikkan harga BBM tidak bisa dihindari lagi oleh pemerintah karena belanja subsidi akan membengkak seiring dengan tingginya harga minyak.

"Jika kita lihat subsidi hampir Rp 600 triliun per tahun itu cukup besar. Kalau misalnya teman-teman tahu penerimaan pajak kita sekitar Rp2.000 triliun. Jadi sekitar sepertiga penghasilan kita atau penghasilan negara dihabiskan untuk menyubsidi BBM," ungkap Satria.

Jika dianalogikan ke dalam penghasilan pribadi, maka Indonesia seperti karyawan dengan gaji 10 juta per bulan. Tetapi hampir tiap bulan, karyawan tersebut harus menghabiskan Rp 3 juta per bulan untuk biaya transportasi yang relatif tinggi.

"Dari sisi postur fiskal, kenaikan BBM ini merupakan satu keniscayaan jika subsidinya secara nominal memang sebesar ini."

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui bahwa besarnya subsidi energi sebesar Rp502,4 triliun pada tahun ini, akan membebani pemerintah tahun depan.

Pasalnya, pada tahun depan, pemerintah akan dihadapkan dengan beban pembayaran subsidi dan kompensasi yang signifikan kepada Pertamina dan PLN.

"Badan Anggaran telah menyetujui subsidi Rp 502,4 triliun, jadi potensinya Rp195,6 triliun akan ditagihkan tahun depan. Ini akan mempersempit ruang anggaran tahun 2023," ungkap Sri Mulyani.

Padahal, belanja subsidi energi pada tahun depan tidak sedikit, yakni Rp 336,7 triliun.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Pangkas Anggaran Semua Menteri, Sri Mulyani Kantongi Rp24,5 T


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading