Internasional

6 Bulan Perang: Putin Full Senyum, Rusia Sudah Cuan Rp2.500 T

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 30/08/2022 10:01 WIB
Foto: Sputnik/AFP via Getty Images/MIKHAIL KLIMENTYEV

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung. Memasuki bulan keenam serangan, belum ada tanda-tanda deeskalasi gempuran yang dilancarkan kedua belah pihak.

Namun, di balik perang ini, Rusia disebutkan mendapatkan keuntungan yang besar. Bahkan hampir menembus Rp 2.500 triliiun.

Rusia memang menang banyak akibat perang, terutama dari sisi perdagangan. Transaksi berjalan (current account) terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.


Di kuartal II-2020, current account Rusia tercatat sebesar US$ 70,1 miliar. Ini lebih tinggi dari rekor kuartal sebelumnya US$ 68,38 miliar.

Bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) sendiri pada awal bulan lalu melaporkan pada periode Januari-Juli 2022, current account mencatat surplus US$ 166 miliar atau sekitar Rp 2.473 triliun (kurs Rp 14.900/US$). Menurut CBR Estimasi tersebut lebih dari tiga kali lipat dari periode yang sama tahun 2021 senilai US$ 50 miliar.

Besarnya surplus current account tersebut terjadi akibat impor yang menurun sementara ekspor melonjak akibat tingginya harga komoditas energi. Selain minyak mentah, ada gas alam dan batu bara yang harganya gila-gilaan.

Kementerian Ekonomi Rusia di tahun ini memprediksi di tahun ini pendapatan ekspor energi akan mencapai US$ 338 miliar. Ini naik dari tahun lalu sebesar US$ 244 miliar.

"Dinamika transaksi berjalan ditentukan oleh melebarnya surplus neraca barang dan jasa sebagai hasil dari kenaikan signifikan nilai ekspor barang sementara nilai impor mengalami penurunan," tulis CBR, dikutip Selasa (30/8/2022).

Kinerja transaksi berjalan tersebut terbilang impresif. Eropa mengurangi impor bahkan ada yang tidak lagi mengimpor minyak mentah dari Rusia.

International Energi Agency (IEA) melaporkan pada Januari lalu, sebelum terjadinya perang, dari total ekspor minyak mentah, sebanyak 54% di kirim ke Benua Biru. Pada bulan Juni, nilai tersebut berkurang sebanyak sepertiga.

India menjadi "penadah" minyak mentah Rusia. Pada bulan Januari, impor minyak mentah India dari Rusia hanya 30.000 barel per hari.

Tetapi, dengan harga diskon yang diberikan Rusia, dengan harga minyak mentah lainnya yang sangat tinggi, India pun langsung memborongnya.

Rusia dikabarkan memberikan diskon hingga US$ 35/barel ketimbang harga sebelum perang terjadi. Pada Juni lalu, India mengimpor minyak mentah Ural Rusia sebanyak 740.000 barel per hari.

China yang merupakan importir minyak Ural terbesar di Asia justru mengalami penurunan. Pada Januari impornya mencapai 820.000 barel per hari, sementara di Juni 740.000 barel per hari, sama dengan India.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Sebut Produksi Migas Blok Cepu Tambah 30 Ribu Bph