Pertalite - Solar Versi Sri Mulyani & Menteri ESDM, Kok Beda?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah akhirnya buka-bukaan terkait dengan harga keekonomian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar di tengah rencana kenaikan harganya dalam waktu dekat.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Menteri Keuangan Sri Mulyani sama-sama menyampaikan data terkait dengan subsidi dan harga keekonomian Pertalite dan Solar pada Jumat (26/8/2022).
Meskipun demikian, keduanya enggan menyampaikan besaran pasti dari kenaikan kedua bahan bakar tersebut. Namun, kedua menteri ternyata memiliki perhitungan yang berbeda soal harga keekonomian Pertalite dan Solar Subsidi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa negara selama ini harus menyubsidi lebih dari setengah nilai jualnya untuk solar dan hampir setengah dari nilai jualnya untuk Pertalite.
Menurutnya, harga keekonomian Pertalite saat ini adalah Rp 14.450/liter, sementara harga jual ecer saat ini Rp 7.650/liter. Artinya ada selisih harga sebesar Rp 6.800/liter atau subsidi APBN sebesar 47,1%.
Sementara itu, untuk solar harga seharusnya adalah Rp 13.950/liter, sedangkan harga jualnya Rp 5.150/liter. Dengan demikian, ada selisih harga Rp 8.800 atau subsidi sebesar 63,1%.
Adapun total subsidi + kompensasi berdasarkan Perpres 98/2022 nilainya mencapai Rp 502,4 triliun. Nilai ini 3x lipat lebih dari subsidi + kompensasi berdasarkan APBN 2022 awal yang nilainya 'hanya' Rp 152,5 triliun.
"Konsekuensinya anggaran subsidi dan kompensasi telah dinaikkan 3 kali lipat dari sebelumnya menjadi Rp502,4 T melalui Perpres 98/2022, dengan harapan agar daya beli masyarakat dapat dijaga serta trend pemulihan ekonomi tetap berlanjut dan semakin menguat," tulis Sri Mulyani melalui akun instagramnya, @smindrawati.
Menteri Arifin membeberkan, bahwa saat ini harga keekonomian Pertalite adalah Rp 17.200 per liter, sementara untuk Solar Subsidi mencapai Rp 17.600 per liter.
"Harga keekonomian Pertalite Rp 17.200 per liter, harga Solar Subsidi keekonomian mencapai Rp 17.600 per liter, sementara harga keekonomian Pertamax Rp 19.900 per liter dari yang saat ini dijual hanya Rp 12.500 per liter," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (26/8/2022).
Berdasarkan perhitungan keduanya, terdapat selisih Rp 2.750 dalam perhitungan harga keekonomian Pertalite. Sementara itu, selisih harga keekonomian solar dari kedua menteri mencapai Rp 3.650.
Sejauh ini, dalam asumsi APBN-P 2022, pemerintah mematok Indonesian Crude Price (ICP) di level US$100 per barel.
Jika harga selalu berada di atas kisaran harga tersebut, pemerintah mau tidak mau harus menaikkan harga BBM Pertalite dan Solar.
Pada minggu ini, Arifin mengungkapkan bahwa menteri ekonomi masih akan melakukan rapat lanjutan mengenai kenaikan harga, tambahan kuota BBM dan aturan pembatasan pemakaian Pertalite dan Solar.
Terkait dengan keputusan kenaikan harga BBM yang batal diumumkan minggu lalu, Arifin hanya mengatakan bahwa nilai penyesuaian harga BBM masih dalam pembahasan.
Dia mengungkapkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah meminta supaya kenaikan harga diputuskan secara hati-hati.
"Kita exercise, pak Jokowi meminta supaya dihitung benar-benar seperti apa dampaknya. Ini dihitung secara keseluruhan dan selalu diingatkan (Presiden Joko Widodo) hitung hati-hati dulu," kata Arifin.
(haa/haa)