
Faisal Basri: Duit APBN Jangan Cuma Jadi Asap

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom Senior Faisal Basri setuju apabila pemerintah mengambil keputusan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Khususnya jenis Pertalite, Solar dan juga Pertamax.
"Prinsip dasarnya supaya APBN tidak kolaps tidak jadi asap semata," ungkap Faisal dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, dikutip Jumat (26/8/2022)
Seperti diketahui, dana Rp 502 triliun disepakati oleh pemerintah dan DPR beberapa bulan lalu. Dana tersebut ditujukan untuk subsidi BBM jenis pertalite dan solar serta LPG 3 kg dan tarif listrik di bawah 3.000 VA. Di samping itu sebagian juga diberikan kepada PT Pertamina persero dan PT PLN persero sebagai kompensasi dua tahun terakhir.
Akibat kebijakan tersebut, inflasi Indonesia memang terkendali pada level 4,94% year on year (yoy) hingga akhir Juli 2022. Akan tetapi mengorbankan uang rakyat Rp 502 triliun, menurut Faisal terlalu besar. Kini pemerintah pun akhirnya kewalahan saat uang tersebut tidak cukup hingga akhir tahun.
"Inflasi $,94% ongkosnya besar Rp 502 triliun. Sekarang pemerintah tidak mampu lagi menahan, sehingga menaikkan harga," jelasnya.
Faisal menyarankan, harga Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter dan Pertamax dilepas sesuai dengan harga pasar. PT Pertamina persero tidak perlu menahan harga Pertamax, sebab itu dikonsumsi oleh orang kaya.
Dengan kenaikan harga BBM, maka pemerintah harus menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat yang sifatnya langsung. "Kita lindungi rakyat paling lemah dengan Rp 1 juta ke depan atau Rp 500 ribu selama enam bulan ke depan," pungkasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Habiskan Rp146,9 T untuk Belanja Subsidi per Juli 2023