Besarnya 'Godaan' Minyak Rusia di Tengah Isu Harga BBM Naik

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
26 August 2022 07:58
The seized Russian-flagged oil tanker Pegas is seen anchored off the shore of Karystos, on the Island of Evia, Greece, April 19, 2022. REUTERS/Vassilis Triandafyllou REFILE - CORRECTING YEAR
Foto: REUTERS/STAFF

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu tawaran minyak mentah murah dari Rusia kembali mencuat, diramaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Godaan minyak mentah murah dari Rusia ini sejatinya pernah ada sejak awal tahun, namun urung dilaksanakan lantaran PT Pertamina (Persero) beralasan stok minyak mentah dikilang masih mencukupi.

Nah, saat ini pemerintah dalam waktu dekat akan menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya BBM jenis Pertalite dan Solar Subsidi. Hal ini imbas dari harga minyak mentah dunia yang cenderung mahal atau di level US$ 100 per barel.

Karena Indonesia sebagai net importir minyak, tingginya harga minyak mentah dunia ini turut mengerek subsidi BBM. Maklum, harga BBM yang dijual ke publik seperti Pertalite dan Solar Subsidi jauh di bawah keekonomian, sehingga pemerintah memberikan subsidi tahun ini mencapai Rp 502,4 triliun termasuk subsidi BBM, LPG dan kelistrikan.

Di tengah isu kegalauan ini, Menparekraf Sandiaga Uno menyebutkan, bahwa Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) minat membeli minyak mentah dari Rusia lantaran harga yang di banderol cenderung lebih murah ketimbang harga di pasar internasional lainnya.

"Rusia nawarin ke kita. India sudah ngambil, harganya lebih murah 30% dari harga pasar internasional. Kalau buat teman-teman CEO Mastermind ambil nggak? Pak Jokowi juga pikir yang sama, ambil," kata Sandiaga, dikutip dari akun instagram pribadinya, Minggu (21/8/2022).

Mengutip Reuters pada 22 Agustus 2022, harga minyak mentah Urals yang menjadi andalan Rusia itu tercatat di posisi US$ 78,06 per barel. Dibandingkan dengan jenis Brent pada Rabu 24 Agustus mencapai US$100,04 per barel.

Meskipun harga minyak mentah Rusia lebih murah, ada kekhawatiran mengenai sanksi embargo oleh Amerika Serikat dan bisa saja meluas juga ke aliansi baratnya seperti yang terjadi oleh Rusia. Sandi Uno pun mengatakan bahwa embargo dari Amerika Serikat tetap akan berdampak kepada Indonesia. "Ada yang nggak setuju karena takut, 'wah nanti gimana diembargo ke Amerika Serikat'. Ya biarin. Kalau diembargo paling kita nggak bisa makan McDonald's," katanya.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Teuku Faizasyah buka suara terkait hal ini. Ia bilang, yang lebih tepat menjawab pertanyaan ini adalah pelaku business-to-business di pasar bebas.

"Tentunya institusi atau badan yang melakukan bisnis di sektor minyak bisa memutuskan dengan berbagai pertimbangan. Dari sisi pemerintah, tentunya dalam konteks diplomasi, segala sesuatu kita lakukan untuk memastikan untuk difasilitasikan," kata Teuku dalam konferensi pers virtual, Kamis (25/8/2022).

Di sisi lain, Teuku mengatakan selain isu impor minyak, sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah berkesempatan melakukan misi bagi perdamaian Ukraina-Rusia. Di sana Jokowi dilaporkan juga menyinggung isu-isu bilateral negara, seperti hal-hal yang dapat dikerjasamakan dalam rangka hubungan ekonomi kedua negara.

"Khusus mengenai isu minyak, kita juga harus melihatnya dalam konteks yang lebih besar, bagaimana dampak keberlanjutannya dari peperangan menimbulkan tekanan yang sangat besar di sektor energi," tambahnya.

Anggota Komisi VII,  Syaikul Islam Ali mengatakan bahwa harusnya pemerintah Indonesia berani mengambil tindakan untuk membeli minyak murah dari Rusia. Apalagi harga minyak mentah dari Rusia ini, didiskon 30% lebih murah dari harga pasar.

"Goblok kalau takut impor minyak mentah dari Rusia, karena sekutu Amerika (AS) yang dari Eropa itu juga tetap impor energi dari Rusia. Alangkah gobloknya kita tidak ngambil dari Rusia," tegas Syaikhul dalam rapat dengan Menteri ESDM, Arifin Tasrif, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (24/8/2022).

Syaikhul mengatakan, bila pemerintah berani membeli minyak mentah murah dari Rusia, maka akan ada harapan harga BBM subsidi, yaitu Pertalite, tidak perlu dinaikkan seperti yang direncanakan pada saat ini. "Jadi langkah ini penting demi kemaslahatan rakyat," ujarnya menambahkan.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Mau Impor Minyak Murah Rusia? Ini Respons Menteri ESDM

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular