
Rusia Disebut Sudah Menang Perang Lawan Ukraina, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia dengan Ukraina sudah berlangsung selama hampir 6 bulan, dan belum ada tanda-tanda akan segera berakhir. Konflik yang terjadi antara negara tetangga tersebut dimulai sejak 24 Februari 2022.
Kedua belah pihak telah menderita kerugian jiwa dan materi tetapi tidak ada yang mau mempertimbangkan gencatan senjata. Salah satu alasannya adalah perang ini disebut-sebut malah menguntungkan Rusia.
Rusia dilaporkan telah berhasil menguasai beberapa wilayah di Ukraina. Salah satunya kota Lysychansk di Oblast Luhansk, Ukraina bagian Timur. Kremlin juga menduduki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina selatan, terbesar di Eropa.
Pengamat militer dari lembaga think tank RUSI (Royal United Services Institute) di London, Inggris, Neil Melvin mengatakan bahwa ini menjadi titik balik perang Kremlin dengan Kyiv.
"Saya pikir ini adalah kemenangan taktis bagi Rusia. Tetapi dengan biaya yang sangat besar," kata Neil Melvin seperti dilaporkan Reuters, dikutip Kamis (25/8/2022).
Ia membandingkan pertempuran itu dengan pertempuran besar untuk di Perang Dunia 1 yang ciri-cirinya merebut area teritorial. "Nilai strategis" dari kota-kota yang direbut Rusia sendiri tak banyak alias amat terbatas.
"Ini (Rusia) membutuhkan waktu 60 hari untuk membuat kemajuan yang sangat lambat," katanya. "Saya pikir Rusia mungkin menyatakan semacam kemenangan, tetapi pertempuran perang kunci masih belum datang."
Di April, Kremlin menarik pasukannya mundur dari gempuran ke ibu kota Kyiv, dan mulai memusatkan serangan di Ukraina Timur. Kemenangan ini menandai kemenangan terbesar Rusia sejak merebut pelabuhan selatan Mariupol pada akhir Mei. Sebelumnya Rusia juga merebut wilayah Severodonetsk di oblast yang sama.
Tak hanya berhasil merebut wilayah, Rusia juga dilaporkan memiliki keuntungan lain dari perang ini. Konflik kedua negara ini diketahui membuat harga minyak mentah meroket yang justru menguntungkan bagi negara Putin itu. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno beberapa waktu lalu.
Sandiaga menyebut Rusia tetap mengalami keuntungan mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp89,4 triliun per hari. Berdasarkan data tersebut, ia memprediksi perang ini berlangsung lama karena Rusia masih mendapat banyak untung.
Rusia memang menang banyak akibat perang, terutama dari sisi perdagangan. Menurut data yang dihimpun CNBC Indonesia, transaksi berjalan (current account) terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Di kuartal II-2020, current account Rusia tercatat sebesar US$ 70,1 miliar. Ini lebih tinggi dari rekor kuartal sebelumnya US$ 68,38 miliar.
Bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) melaporkan pada periode Januari-Juli, current account mencatat surplus US$ 166 miliar atau sekitar Rp 2.473 triliun. Estimasi tersebut lebih dari tiga kali lipat dari periode yang sama tahun 2021 senilai US$ 50 miliar.
Besarnya surplus current account tersebut terjadi akibat impor yang menurun sementara ekspor melonjak akibat tingginya harga komoditas energi. Selain minyak mentah, ada gas alam dan batu bara yang harganya gila-gilaan.
Kementerian Ekonomi Rusia juga memprediksi di tahun ini pendapatan ekspor energi akan mencapai US$ 338 miliar. Ini naik dari tahun lalu sebesar US$ 244 miliar.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasukan Putin Makin Menggila, Rusia Rebut Wilayah Baru di Ukraina
