
Ganjar: Ekonomi RI Sakit

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengagetkan publik ketika memberikan sambutan dalam acara Ikatan Sarjana Ekonomi Islam (ISEI), Rabu (24/8/2022).
Acara yang diadakan secara offline di Semarang, Jawa Tengah, ini dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dan Ketua DK OJK Mahendra Siregar.
"Bapak Ibu saya doakan sehat selalu, karena ekonominya gak sehat," ungkap Ganjar dalam Sidang Pleno ISEI XXII & Seminar Nasional 2022, Rabu (24/8/2022).
Ganjar pun menceritakan pengalaman dirinya ketika ditanya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait dengan masalah inflasi.
Seperti diketahui, inflasi volatile food atau pangan bergejolak meningkat 11,47% pada Juli 2022. Beberapa komoditas pangan yang mencatatkan kenaikan harga pada Juli 2022 a.l. cabai, bawang merah, tomat dan mie instan.
Menjawab pertanyaan Presiden, Ganjar mengungkapkan bahwa wilayahnya melakukan hal yang sama. "Pak Presiden tanya kalau di Jawa Tengah apa yang dilakukan. Saya jawab sama. Sama bingungnya," ungkapnya setengah berkelakar.
Kebingungan ini ditenggarai masalah Satu Data Indonesia yang belum terealisasi hingga saat ini. "Kalau hari ini energi, pertanian, pangan jadi probelm, ekonomi digital jadi PR kita. Bagaimana kita mengkonsolidasikan semuanya," ujar Ganjar.
Sementara itu, data yang dikumpulkan oleh berbagai pihak terkadang tidak mengacu pada analisa lembaga kredibel atau melalui analisa yang menyeluruh.
"Kadang-kadang pakai perasaan. Datanya pakai perasaan, minimal gubernur senang gitu," katanya.
Melanjutkan pertanyaan Presiden, Ganjar menuturkan pihaknya masih melakukan operasi pasar, subsidi harga serta transportasi.
Selain itu, pemerintah Jawa Tengah membangun Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (SiHaTi). Menurut Ganjar, ini adalah sistem yang menampilkan data secara keseluruhan guna memantau pergerakan harga.
Pengembangannya, kata Ganjar, menjadi pekerjaan rumah ke depan.
Gubernur BI Perry Warjiyo membenarkan paparan Ganjar terkait dengan kondisi ekonomi. "Memang dunia bergejolak," ungkapnya.
Selama Covid-19, data-data dan analisa ekonomi tidak bisa pakem atau tetap. Teori-teori makro tidak bisa diandalkan sepenuhnya.
"Betul-betul dunia bergejolak, dunia sedang mengalami risiko stagflasi, bahkan di beberapa negara resesi," ujarnya.
Sejumlah negara yang menaikkan suku bunga terlalu tinggi berisiko mengalami resesi. Sementara itu, pasar keuangan ikut bergejolak.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gaya Jokowi, Megawati Hingga Ganjar Saat Rakernas PDIP 2022