Jurus Jokowi Tangkis Krisis: Ajak Bos Pengusaha Tanam Sorgum
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo mengajak pengusaha ikut terjun dan serius menggarap sektor pertanian demi memperkecil defisit impor. Jokowi mencontohkan, Kebutuhan gandum Indonesia yang terus tinggi namun masih harus diimpor, dan kini terkena dampak efek domino perang Rusia dan Ukraina.
"Substitusi impor barang yang kita impor mau nggak mau harus dihentikan, supaya devisa kita nggak habis dibayar impor, yang masih impor gandum 11 juta ton. Di Indonesia nggak bisa tanam gandum, nggak bisa. Campurannya gandum, bisa campur kasava, sorgum," kata Jokowi saat memberikan arahan saat perayaan HUT RI ke-77 dengan tema 'Ekonomi Kuat, Rakyat Sejahtera' yang digelar Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia di Anjungan Riau, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa (23/8/2022).
Campuran gandum itu yang bisa menjadi peluang bagi pelaku usaha. Dengan begitu saat stok dari Ukraina dan Rusia terbatas, kebutuhan bisa dipenuhi dari dalam negeri. Apalagi Jokowi juga menyebut bahwa saat ini ada ancaman krisis pangan.
"Misal KADIN NTT tanam sorgum, NTT tempat sorgum sangat subur dan feasible. Coba saja, Presiden bener nggak, hitung kalkulasi, kalau masuk tanam sebanyak-banyaknya. Itu dipakai campuran gandum," kata Jokowi.
Kepala negara menilai bahwa tanah di NTT memang tidak banyak air, ditambah tanahnya marjinal tapi sorgum ternyata subur.
"Lahan berapa ribu ratusan ribu Ha pun di NTT banyak. Ini yang kita tunggu dari Kadin untuk itu," ujar Jokowi.
Selain itu, komoditas lain seperti jagung juga menjadi peluang lain. Apalagi sebagian kebutuhan yang ada di dalam negeri masih berasal dari impor.
"Baik untuk makanan kita maupun ternak, permintaannya sangat banyak sekali, baik dalam negeri maupun luar, (sekarang) impor masih 800 ribu ton, dari 7 tahun lalu di 3,5 juta ton. Ini peluang. Jagung dimana pun tumbuh," sebut Jokowi.
Jokowi mengatakan, krisis saat ini harus bisa dimanfaatkan sebagai peluang, termasuk untuk mendorong perdagangan pangan di tengah ancaman krisis pangan.
(dce)