Internasional

Benarkah Putin Kehabisan Akal di Ukraina? Ini Penjelasannya

News - luc, CNBC Indonesia
23 August 2022 10:45
Russian President Vladimir Putin watches a military parade on Victory Day, which marks the 77th anniversary of the victory over Nazi Germany in World War Two, in Red Square in central Moscow, Russia May 9, 2022. Sputnik/Mikhail Metzel/Pool via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. THIS PICTURE WAS PROCESSED BY REUTERS TO ENHANCE QUALITY. AN UNPROCESSED VERSION HAS BEEN PROVIDED SEPARATELY. Foto: via REUTERS/SPUTNIK

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi pasukan Rusia di Ukraina disebut makin terjepit. Pasalnya, perang yang awalnya diperkirakan dapat dimenangkan dengan 'mudah', kini justru terus berkepanjangan dan telah berlangsung selama 6 bulan.

Terkait kondisi tersebut, seorang pensiunan Jenderal AS Barry McCaffrey mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin kehabisan ide dan akan melihat keadaan menjadi lebih buruk untuk dirinya sendiri dengan cepat.

Menurutnya, militer Putin secara operasional berada dalam "kotak," sementara Rusia secara keseluruhan "menunjukkan tanda-tanda ketegangan parah dari meningkatnya kerugian militer dan isolasi ekonomi."

Adapun, Ukraina telah melaporkan serangkaian serangan yang berhasil terhadap target dan kelompok Rusia dalam beberapa pekan terakhir menggunakan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang dipasok AS. Senjata tersebut disebut sebagai "pengubah permainan" bulan lalu oleh pensiunan Jenderal Angkatan Darat AS Mark Hertling.

McCaffrey menilai, tuduhan Moskow terhadap Kyiv sebagai penyebab ledakan mobil yang menewaskan Daria Dugina, putri salah satu sekutu Putin, Alexander Dugin, sebagai bentuk "keputusasaan" karena Ukraina terus menyudutkan pasukan Putin.

Di sisi lain, Moskow diduga melakukan wajib militer paksa untuk meningkatkan jumlah pasukannya sambil menawarkan insentif tunai kepada pasukan yang ada untuk memotivasi mereka berperang.

Putin juga harus menghadapi dampak ekonomi dari sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya, ditujukan pada minyak, oligarki, dan entitas lainnya.

Namun, Rusia terus menyatakan keyakinannya pada kemampuannya untuk memenangkan perang ini.

Ivan Nechayev, Wakil direktur Departemen Informasi dan Pers Kementerian Luar Negeri Rusia, menegaskan bahwa tujuan negara itu untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina akan membuahkan hasil.

"Hanya ketika [tujuan Rusia] tercapai, akan mungkin untuk menjamin perdamaian, stabilitas, dan keamanan di kawasan itu," katanya, dikutip Newsweek, Senin (23/8/2022).

Ironisnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky adalah penutur asli bahasa Rusia dan Yahudi, yang memiliki anggota keluarga yang meninggal selama Holocaust oleh Nazi pada Perang Dunia II.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Putin Umumkan Kemenangan Rusia di Mariupol, Kenapa Buru-buru?


(luc/luc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading