
Bukan Covid, Virus Mematikan Ini Bikin Takut Orang Nigeria

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyakit Demam Lassa yang berasal dari virus Lassa (LASV) kembali membuat takut orang Nigeria. Pasalnya virus mematikan ini dilaporkan telah menginfeksi 100.000 hingga 300.000 orang di Afrika Barat setiap tahunnya.
Victory Ovuoreoyen (48), salah satu pasien yang terpapar virus Lassa, berpikir bahwa ini adalah akhir dari hidupnya. Warga yang berprofesi sebagai pedagang itu hampir tidak bisa berjalan dan takut meregang nyawa ketika dirawat di Pusat Medis Federal di kota Owo di barat daya Nigeria.
Dia menderita gejala demam, muntah dan diare parah. Tetapi setelah empat hari di bangsal isolasi, Ovuoreoyen kini dapat duduk tegak di ranjang rumah sakit. Dokter sendiri telah meyakinkannya bahwa dia akan pulih dari penyakit hemoragik akut yang mirip dengan Ebola ini.
"Sebelum saya jatuh sakit, saya tidak bisa melihat tulang saya seperti ini. Saya kehilangan banyak berat badan," katanya, melansir Aljazeera, Minggu (21/8/2022).
Sebanyak 80% dari mereka yang terinfeksi demam Lassa tidak mengalami gejala parah, bahkan sebagian besar kasus tidak terdiagnosis. Namun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tingkat kematian pasien yang berakhir di rumah sakit adalah 15%.
Masa inkubasi penyakit ini terjadi antara 2-21 hari, gejala yang parah dapat mulai muncul seminggu setelah sakit. Namun jika ini terjadi, saat itu mungkin sudah terlambat bagi pasien.
Demam Lassa menurunkan jumlah trombosit dalam darah dan kemampuannya untuk menggumpal, kondisi tersebut menyebabkan pendarahan internal. Kegagalan organ yang fatal dapat terjadi dalam beberapa hari.
Gejala awal demam Lassa termasuk sakit kepala dan otot, sakit tenggorokan, mual dan demam. Awalnya, gejala tersebut tidak bisa dibedakan dari gejala malaria, penyakit umum di wilayah tersebut.
Laboratorium rumah sakit di Owo ini adalah satu-satunya di negara bagian yang melakukan tes darah diagnostik Lassa dan hasilnya baru tersedia setelah dua hari. Kondisi ini sering menyebabkan demam Lassa baru ditemukan pada tahap akhir, yang membuatnya lebih sulit untuk diobati.
Owo, pusat pertanian yang jaraknya 300 kilometer dari kota Abuja di Nigeria, adalah pusat wabah Lassa yang dimulai pada awal tahun ini, menyebabkan lebih dari 160 kematian. Ketika mencapai puncaknya pada Maret, 38 tempat tidur di bangsal isolasi tidak mencukupi dan 10 tempat tidur tambahan ditambahkan untuk kasus yang dicurigai.
Di bagian Nigeria ini, orang lebih takut pada virus Lassa daripada virus Corona. Ondo, negara bagian tempat Owo berada, sejak tahun 2020 mencatat 171 kematian yang disebabkan oleh Lassa, dibandingkan 85 karena Covid-19, menurut Pusat Penelitian dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit tersebut.
Meskipun kehadirannya tersebar luas di Afrika Barat, penyakit tersebut masih sedikit diketahui di sebagian besar dunia. Virus yang menjadi penyebab demam Lassa ditemukan pada tahun 1969 di kota Lassa, Nigeria utara, sekitar 1.000 km dari Owo.
Sejak itu, Lassa telah menjadi endemik di setidaknya lima negara di Afrika Barat. Nigeria, negara terpadat di Afrika, mencatat jumlah kasus tertinggi, hingga 1.000 per tahun. Tahun ini, pada bulan Januari saja, Nigeria mencatat 211 kasus yang dikonfirmasi, dimana 40 pasien meninggal.
Demam Lassa menginfeksi sekitar 100.000 hingga 300.000 orang Afrika setiap tahun, di mana ribuan di antaranya meninggal, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika.
Orang yang terinfeksi dapat menginfeksi orang lain melalui cairan tubuh. Demam sering menyebabkan keguguran dan dapat ditularkan dari ibu ke bayi. Virus ini juga ditemukan dalam ASI hingga enam bulan.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kilang Minyak di Nigeria Meledak, Lebih Dari 80 Orang Tewas