
Pimpinan Negara NATO Ini Tak Yakin AS Cs Bisa Kalahkan Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Hungaria Viktor Orban tidak percaya kelompok Barat bisa menang secara militer di Ukraina. Ia bahkan menyebut perang yang terjadi di negara itu akan menjatuhkan hegemoni blok negara pimpinan Amerika Serikat (AS) itu.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah online Jerman, Tichys Einblick, Orban mengatakan ia memprediksi kekuatan Uni Eropa (UE) akan melemah di arena global setelah pertempuran di Ukraina berakhir.
"Barat tidak mampu memenangkan konflik secara militer, dan bahwa sanksi yang dijatuhkan pada Moskow telah gagal untuk mengacaukan Rusia. Lebih buruk lagi, tindakan hukuman secara spektakuler menjadi bumerang bagi UE," katanya dalam wawancara itu seperti dikutip Russia Today, Jumat, (19/8/2022).
Pimpinan negara anggota NATO itu juga mencatat bahwa sebagian besar negara dunia jelas tidak mendukung AS dalam hal Ukraina. Ia menunjuk 'China, India, Brasil, Afrika Selatan, dunia Arab, Afrika' sebagai wilayah yang tidak mendukung garis Barat dalam konflik.
"Sangat mungkin bahwa perang inilah yang secara demonstratif akan mengakhiri supremasi Barat. Di sisi lain, kekuatan non-UE sudah mendapat manfaat dari situasi tersebut," jelasnya.
Tak hanya itu, Orban menyatakan bahwa sementara impor energi UE dari Rusia telah anjlok, raksasa gas milik negara Rusia, Gazprom, telah melihat pendapatannya meroket.
Penerima manfaat lainnya, dalam pandangan Orban, adalah perusahaan besar Amerika. Untuk membuktikan pendapatnya, Orban menunjuk keuntungan dua kali lipat untuk Exxon, empat kali lipat untuk Chevron dan meningkat enam kali lipat untuk ConocoPhillips.
"Beijing juga sekarang lebih baik daripada sebelum dimulainya konflik. China sebelumnya berada di bawah belas kasihan orang Arab, tetapi tidak lagi," paparnya seraya merujuk impor minyak China.
Orban merupakan pemimpin yang seringkali berbeda pandangan dengan negara Eropa lainnya. Terkait Rusia, Orban dianggap merupakan tokoh yang pro terhadap Negeri Beruang Merah itu. Ia bahkan dianggap sebagai negara yang menjadi satelit Rusia di UE.
Selain itu, Orban juga sempat menolak kebijakan UE terkait pengungsi. Dalam sebuah kesempatan, ia pernah menyebut imigran Timur Tengah yang mayoritas Muslim sebagai penjajah.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemimpin NATO Ini Ungkap Kunci 'Kedamaian' di Ukraina
