
Eks Bos NATO: Putin Tahu Ia Membuat Kesalahan dengan Ukraina

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Panglima Tertinggi NATO James Stavridis menyebut bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan dengan menyerang Ukraina. Namun, Stavridis mengatakan Putin tidak akan pernah mau untuk mengakuinya.
Dalam sebuah wawancara dengan radio The Cats Roundtable akhir pekan lalu, Stavridis mengatakan saat ini Putin mendorong NATO sebagai pihak yang patut disalahkan dengan aksinya itu. Ia juga menyebut alasan-alasan Putin dalam serangan ke Ukraina tidak masuk akal.
"Saya pikir dalam gelap, jam-jam tenang pada pukul dua pagi ketika dia bangun, dia menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan. Di depan umum, dia tidak akan pernah mengakuinya," ujarnya dalam siaran radio itu dikutip Newsweek.
"Tidak pernah. Dia akan terus mempertahankan fiksi ini yang Ukraina dijalankan oleh 'neo-Nazi'. Konyol, tentu saja,"
"Putin akan mempertahankan bahwa NATO entah bagaimana telah mendorongnya ke sudut ini, konflik ini. Segala sesuatu yang telah terjadi adalah tindakan Vladimir Putin untuk memasukkan invasi, sanksi yang mengikuti, serangan balik militer. Saya pikir dia tahu itu di dalam hatinya, dia tidak akan pernah mengakuinya di depan umum," tambahnya.
Stavridis menambahkan bahwa ia memprediksi perang antara Rusia dan Ukraina akan berakhir pada 6 bulan ke depan. Saat itu, menurutnya, Kyiv dan Moskow akan menemukan solusi dari konflik keduanya.
Walau begitu, Stavridis menyebut solusi-solusi itu akan timbul karena kesulitan yang dihadapi Putin dimana ia harus menghabiskan pasukannya dan juga alutsistanya di Ukraina.
"Dia membakar kemampuannya. Saya akan mengatakan, enam bulan dari sekarang dia akan berada dalam kesulitan yang sangat parah," lanjut mantan pemimpin NATO itu.
"Di sisi lain medan perang, Zelensky harus mengakui bahwa kesabaran Barat dan aliran uang tunai dan senjata yang terus berlanjut bukanlah hal yang tak terbatas. Saya pikir kedua faktor itu pada akhirnya akan mendorong kedua belah pihak untuk melakukan semacam negosiasi."
Putin memulai serangan yang disebutnya 'operasi militer' di Ukraina pada 24 Februari lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan adanya operasi ini dilakukan untuk membebaskan masyarakat komunitas Rusia di wilayah itu dari kelompok ultranasionalis yang dibeking Kyiv.
Selain itu, serangan ini bertujuan untuk memaksa Ukraina agar tidak bergabung ke NATO. Pasalnya, NATO merupakan rival dari Moskow dan Kyiv dapat menggunakan pasal 5 aliansi itu untuk menyerang beberapa wilayah yang telah dikuasai Rusia sejak 2014 lalu seperti Krimea.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Ngamuk di Tahun Baru, Perang Rusia-Ukraina Makin Ngeri