Jokowi Minta RI Waspada, Sampai Ada 'Awan Gelap' Tahun Depan
Jakarta, CNBC Indonesia - Data-data perekonomian Indonesia masih tetap positif. Dari pertumbuhan ekonomi, inflasi hingga rupiah dan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Namun Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta semua pihak jangan senang dulu.
"Angka-angka seperti ini pun harus diwaspadai secara detil," ujar Jokowi dalam Economic Update 2022 yang ditayangkan pada program Squawkbox, Kamis (18/8/2022). Wawancara ini turut dipersembahkan oleh "BNI For Stronger Indonesia".
Pertumbuhan tinggi ekonomi Indonesia terjadi pada kuartal II-2022 sebesar 5,44%, melanjutkan tren positif dalam beberapa kuartal sebelumnya. Dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq), ekonomi tumbuh 3,72%. Ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor serta investasi.
Inflasi 4,94% (year on year/yoy) pada akhir Juli 2022, naik ketimbang bulan sebelumnya di 4,35% yoy. Sementara, angka inflasi inti berada di 2,86% yoy. Tapi masih lebih rendah dibandingkan dengan negara di kawasan ASEAN maupun belahan dunia lain seperti Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Nilai tukar rupiah juga terkendali pada rata-rata level Rp 14.700 per dolar Amerika Serikat. Sempat melemah ke level Rp 15.000 per dolar AS, akan tetapi kini kembali menguat.
Cadangan devisa pada Juli 2022 berada di US$ 132,2 miliar. Meskipun berkurang US$ 4,2 miliar dibandingkan bulan sebelumnya, tapi masih dinilai aman karena setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
APBN kembali mencetak surplus hingga akhir Juli 2022. Nominalnya bahkan amat fantastis, yaitu mencapai Rp 106,1 triliun atau 0,57% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Akan tetapi menurut Jokowi, angka-angka tersebut hanya bersifat makro. Maka dari itu, Jokowi minta seluruh menteri agar mengecek ke lapangan untuk mengetahui realitas di lapangan.
"Jangan hanya terjebak di angka saja, tapi lapangan seperti apa juga dicek," tegasnya.
Sederet ancaman kini masih menghantui perekonomian dalam negeri. Beberapa negara bahkan terancam menghadapi krisis kesehatan yang belum selesai. Lalu ada krisis pangan, energi dan keuangan.
"Ini keadaan dunia memang sangat sulit dan bahkan lembaga internasional mengatakan tahun depan akan gelap signifikan. Ini kan sebuah keadaan, tantangan yang betul-betul tidak mudah," terang Jokowi.
(mij/mij)