Harga BBM Pertalite Bakal Naik, Apa Tak Ada Cara Lain?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
15 August 2022 15:55
Antrean warga saat mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Tangerang Kota, Sabtu (13/8/2022). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Antrean warga saat mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Tangerang Kota, Sabtu (13/8/2022). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah memberikan sinyal untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam waktu dekat. Hal tersebut seiring dengan harga minyak mentah di pasar global yang cenderung masih tinggi atau tercatat masih di level US$ 100 per barel.

Namun daripada menaikkan harga BBM, Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies (Celios), Bhima Yudhistira berpendapat agar pemerintah dapat melakukan strategi lain. Pasalnya subsidi energi masih tetap dibutuhkan di tengah kondisi saat ini.

Alih-alih menaikkan harga BBM, pemerintah paling tidak dapat memulainya dengan memperketat pengawasan penggunaan Solar subsidi untuk kendaraan angkutan di perusahaan pertambangan dan perkebunan skala besar. Mengingat, selama ini tingkat kebocoran solar masih cukup tinggi.

"Dan lebih mudah mengawasi distribusi solar dibandingkan pengawasan BBM untuk kendaraan pribadi karena jumlah angkutan jauh lebih sedikit dibanding mobil pribadi. Penghematan dari pengawasan distribusi solar subsidi cukup membantu penghematan anggaran," ujar Bhima kepada CNBC Indonesia, Senin (15/8/2022).

Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong pembangunan jargas untuk menggantikan ketergantungan terhadap impor LPG 3 kg. Adapun jaringan gas juga bermanfaat untuk mempersempit celah subsidi ke rumah tangga mampu.

Langkah berikutnya yakni, pemerintah dapat menunda proyek infrastruktur dan alokasikan dana untuk menambah alokasi subsidi energi. Pemerintah kata dia juga dapat mengalihkan sebagian dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk subsidi energi.

"Penghematan belanja pegawai, belanja barang dan jasa, termasuk transfer ke daerah masih bisa dilakukan. Pemerintah juga dibekali dengan UU darurat keuangan dimana pergeseran anggaran tanpa persetujuan DPR. Jadi lebih cepat dilakukan perombakan ulang APBN semakin baik," kata dia.

Sementara, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai terdapat dua kebijakan yang dapat mencegah jebolnya BBM bersubsidi. Pertama, tetapkan segera dalam Peraturan Presiden (Perpres) bahwa hanya sepeda motor dan kendaraan angkutan orang dan angkutan barang yang diperbolehkan menggunakan Pertalite dan solar.

Kedua, turunkan disparitas antara harga Pertamax dan Pertalite, dengan menaikkan harga Pertalite dan menurunkan harga Pertamax secara bersamaan maksimal selisih harga sebesar Rp. 1.500 per liter.

Menurut dia kebijakan harga ini diharapkan akan mendorong konsumen Pertalite migrasi ke Pertamax secara sukarela. Selain itu, perlu juga dilakukan komunikasi publik secara besar-besaran bahwa penggunaan Pertamax sesungguhnya lebih baik untuk mesin kendaraan dan lebih irit.

"Untuk mencegah jebolnya kuota BBM bersubsidi tidak bisa hanya dengan mengeluh dan menghimbau saja. Namun perlu kebijakan tegas dan lugas yang segera diberlakukan, tidak mundar-mundur saja," kata dia.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali buka suara mengenai bengkaknya alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun ini.

Pembengkakan subsidi BBM tak lepas dari keputusan pemerintah untuk tetap menahan harga bensin di tengah kenaikan harga minyak dunia. Saat ini, anggaran subsidi BBM sudah membengkak hingga Rp 502 triliun. "Karena kita harus menahan harga Pertalite, gas, listrik, termasuk Pertamax," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (12/8/2022).

Jokowi mengaku cukup dilema dalam menghadapi masalah ini. Kenaikan harga BBM tentu akan mengikis daya beli masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah. Di satu sisi, pembengkakan subsidi BBM dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif terhadap pengelolaan keuangan negara.

"Apakah angka Rp 502 triliun itu terus kuat kita pertahankan? Kalau bisa Alhamdulillah, artinya rakyat tidak terbebani. Tapi kalau APBN tidak kuat bagaimana?," katanya.

Jokowi menyebut, faktanya saat ini harga BBM di sejumlah negara sudah menembus di kisaran Rp 17 ribu hingga Rp 18 ribu. Sementara di Indonesia, khususnya harga bensin subsidi seperti Pertalite masih berada pada harga normal.

"Negara lain harga BBM sudah Rp 17 ribu, Rp 18 ribu, naik 2x lipat semuanya. Ya memang harga keekonomiannya seperti itu," katanya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kapan Harga BBM Pertalite Turun? Ini Kata ESDM

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular