Katanya Musuhan, Kok Ekspor Uni Eropa ke Rusia Melejit?
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor Uni Eropa (UE) ke Rusia dilaporkan mengalami peningkatan pesat pada Juni 2022. Hal ini terjadi saat hubungan keduanya sangat memanas akibat aksi militer Moskow ke Ukraina.
Dalam data dari badan statistik Eurostat, ekspor UE ke Rusia melonjak 18% pada Juni dari bulan sebelumnya. Nilainya mencapai 4,45 miliar euro atau Rp 67 triliun.
Ini adalah bulan kedua berturut-turut ekspor ke Rusia naik, menyusul level terendah April hanya 2,78 miliar euro. Meski begitu, nilai barang yang dikirim ke Rusia tetap jauh di bawah angka Juni 2021 sebesar 7,21 miliar euro karena sekitar 28% ekspor UE ke Rusia tetap berada di bawah sanksi terkait Ukraina.
Secara rinci, peralatan industri mempertahankan posisinya sebagai ekspor UE terbesar ke Rusia, dengan pengiriman Juni senilai 1,12 miliar euro, naik 21% dari Mei. Pasokan obat-obatan juga meningkat, tumbuh sebesar 6% menjadi 791 juta euro dibandingkan bulan sebelumnya dan melampaui angka tahun lalu sebesar 31,5%.
"Ekspor parfum dan kosmetik blok tersebut, tidak termasuk barang mewah yang melebihi 300 euro per item, naik pada bulan Juni sebesar 38% menjadi 108 juta euro. Pengiriman plastik dan produk plastik tumbuh 16% menjadi 234 juta euro," tulis data itu yang dikutip Russia Today, Senin (15/8/2022).
Jerman tetap menjadi eksportir UE terbesar ke Rusia dengan nilai 1,16 miliar euro pada bulan Juni, meningkat 5,4% dibanding Mei. Polandia hampir menggandakan ekspornya ke Rusia pada April-Mei 2022 menjadi 395 juta euro. Sementara ekspor dari negara-negara Baltik meningkat 34% month-to-month (mtm), menjadi 481 juta euro.
Rusia berhenti menerbitkan statistik perdagangan tak lama setelah operasi di Ukraina dimulai. Namun, menurut laporan dari Bank of Russia pada akhir Juli, impor barang dan jasa negara secara keseluruhan turun 22% pada kuartal kedua tahun ini dari waktu yang sama pada tahun 2021.
Moskow berulang kali mengatakan bahwa ia akan dapat mengatasi dampak sanksi terhadap impor. Mereka juga mengatakan tindakan akan diambil untuk mengganti barang yang hilang dengan barang yang diproduksi di dalam negeri atau diperoleh dari sumber lain, seperti China, Turki, dan India.
Dalam rancangan arahan kebijakan moneter yang diterbitkan awal pekan ini, bank sentral Rusia memperkirakan bahwa meskipun ada tekanan politik, impor secara bertahap akan pulih.
"Laju pemulihan ini akan ditentukan oleh munculnya mekanisme pembiayaan dan asuransi baru, pembangunan rute logistik baru dan pembentukan hubungan perdagangan baru. Mekanisme impor paralel yang diluncurkan pada akhir Maret juga akan berkontribusi pada pertumbuhan impor," kata regulator seperti dikutip kantor berita RBC.
(luc/luc)