Saat Adik Prabowo Bicara Ekspor Ukraina Rusia & Mie Instan RI

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
11 August 2022 21:40
Chief Executive Officer (CEO) Arsari Group, Hashim S. Djojohadikusumo. (Ist.Arsari Group)
Foto: Chief Executive Officer (CEO) Arsari Group, Hashim S. Djojohadikusumo. (Ist.Arsari Group)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konglomerat Indonesia yang juga adik dari Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, disebut-sebut menjadi pihak pertama yang mengekspor hasil pangan Ukraina pasca serangan Rusia ke negara itu. Hal ini terkuak dari sebuah data pengiriman biji-bijian, sebagaimana dimuat Nikkei Asia, dikutip Rabu.

Ini terkait aktivitas Kapal Riva Wind, yang membawa 50.000 ton biji-bijian, yang kini tiba di Istanbul. Kapal itu sebelumnya menempuh perjalanan sekitar dua hari dari Pelabuhan Chornomorsk, dekat kota Odessa, Ukraina.

Kapal tersebut sebenarnya terjebak sejak 4 Februari. Ia membawa gandum untuk Harvest dan Comexindo International.

Ini adalah dua perusahaan, anak dari konglomerasi milik Hashim, Arsari Group. Perusahaan itu memang bergerak di bidang agribisnis, pertambangan dan perdagangan.

Selain dari Ukraina, perusahaan itu juga disebutkan membawa gandum Rusia. Ini dilakukan dengan dua kapal, yakni Kapal White Shark dan Bronco.

CNBC Indonesia pun mencoba mengonfirmasi kepada Hashim soal ini. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana Arsari Group bisa menjadi salah satu yang pertama untuk mengekspor bahan pangan Ukraina? Bagaimana prosesnya dan apakah sebelumnya pernah ekspor dari Ukraina?

Peran serta kami Commexindo dan saya tidak lepas dari riwayat atau sejarah kami berbisnis dengan dulu Uni Soviet sekarang dengan Rusia. Saya mulai bisnis di Uni Soviet bulan Januari 1988. Itu berarti sudah 34 tahun.

Saya sudah bergerak di bisnis internasional jauh sebelum itu sejak tahun 1986. Saat itu, bisnis kami menyangkut perdagangan beras dari Vietnam ke Filipina. Lalu kita juga dagang dengan Vietnam waktu kerjasama dengan Bulog.

Terus tahun 1988 kami mulai bisnis dengan pemerintah Uni Soviet. Saat itu semua perusahaan di soviet milik negara dan tidak ada swasta. Waktu itu, kami akhirnya bisnis dengan beberapa perusahaan dan kementerian Soviet.

Lalu, sejak kemudian Soviet pecah jadi 15 negara, saya tetap berbisnis dengan Rusia dan sejumlah negara baru seperti Kazakhstan, Azerbaijan, Uzbekistan, Ukraina, dan Georgia sampai tahun 2008 saya masih berbisnis di bidang internasional di bidang minyak. Saya menghasilkan minyak dari Kazakhstan dan Azerbaijan hingga 50 ribu barel per hari

Jadi itu, kami sudah dikenal. Pejabat Rusia sudah kenal saya dan mereka ingat saya. Dan saya sering ada hubungan dengan kedutaan Rusia sehingga memang saya merupakan pengusaha Indonesia yang dapat dipercaya.

Untuk yang pengiriman terbaru ini bagaimana, kan tadi sampai 2008 saja ya?

Sejak itu, saya tetap aktif sebagai penghasil minyak di Azerbaijan dan Kazakhstan. Setelah itu bisnis kami lebih banyak di Indonesia. Kita memiliki bisnis jagung di dalam negeri namun tidak terlalu besar.

Lalu sejak dimulainya perang Ukraina dan Rusia, kami kemudian di-approach pihak Rusia dan Ukraina karena saya juga bersahabat dengan Ukraina. Dan Indonesia ini kan dianggap negara netral. Kita juga non-blok berarti kan prinsip luar negeri kita kan netralitas dan Indonesia tidak ikut aliansi militer dengan negara manapun, tidak ada persekutuan.

Maka sejak perang Ukraina meletus, kita dianggap netral, Pak Jokowi kemudian diterima presiden Putin dan Zelensky kan sama-sama kita dianggap berimbang. Karena itu, baik Ukraina maupun Rusia menganggap berbisnis dengan perusahaan Indonesia itu aman dan mereka nyaman dengan hubungan kita.

Dan terus terang aja kita mungkin menjadi yang pertama yang muncul itu mungkin karena track record kita yang sudah 34 tahun.

Lalu dalam proses pengiriman sekarang ini adakah hambatan yang ditemui misalnya kita dengan Rusia membombardir pelabuhan Odessa?

Justru itu karena ada hambatan itu banyak perusahaan bahkan hampir semuanya nggak mau berbisnis ini (ekspor pangan). Kami di sisi lain sanggup karena kami memiliki orang-orang di pelabuhan untuk pantau kapal, kita ada orang lapangan, kita juga punya orang di Rusia di pelabuhan Novorossiysk, Pelabuhan Rostov, ada beberapa pelabuhan di Rusia kita bisa dapat info. Juga di Odessa, di Chornomorsk dan pelabuhan lainnya kita dapat info.

Ini yang kemudian menjadikan kami mungkin lebih diterima dari yang lainnya.

Lalu untuk pengiriman pertama ini boleh dirinci pak apa saja bahan pangannya?

Untuk pengiriman pertama itu diangkut MV Riva Wind itu kalo nggak salah sudah sampai Istanbul. Kita jual 50 ribu ton jagung menuju pelabuhan Iskenderun di Turki dekat perbatasan dengan Suriah. Yang dari Ukraina itu ada MV Arizona, Dia itu angkut jagung.

Lalu dari Rusia itu ada MV White Shark. Itu bawa gandum ke Mesir. Yang keempat MV Bronco bawa gandum ke Angola. Kita harus akui banyak negara perlu pangan.

Selain itu, juga ada Bangladesh, Filipina, Vietnam, Indonesia. Saya rasa Indonesia juga perlu. Namun untuk negara-negara ini masih dalam proses. Masih negosiasi harga dan biasalah pedagang kan cari cuan sedikit-sedikit.

Jadi kalo di-flashback sedikit dipilihnya Arsari ini karena track record yang cukup lama berbisnis di Uni Soviet?

Begini, kami tidak dipilih. Kami menawarkan diri kepada dua belah pihak karena kami melihat ada opportunity karena kami kan pengusaha. Kalo ada celah ya tentu kami ambil

Saat itu kami melihat ada kebutuhan di luar negeri, ada suplai besar di negara tertentu dan suplai itu terganggu perang. Melihat hal ini kemudian kita menawarkan diri pada Rusia dan Ukraina bahwa kita sanggup membeli barang mereka.

Mereka senang sekali karena banyak yang nggak sanggup. Dan karena mereka nyaman dengan kami.

Ada banyak negara-negara tradisional kan jadi dianggap pemerintah Rusia tidak bersahabat. Misalnya, Singapura sudah dianggap tidak bersahabat dan itu ada daftarnya. Singapura sudah dianggap tidak bersahabat.

Sehingga Indonesia bersahabat dan ini yang membuat Rusia pun merasa nyaman dengan kami dan dengan saya.

Baik, kembali lagi kita membahas terkait negara-negara di luar Timur Tengah dan Afrika seperti Bangladesh, Filipina, Vietnam, dan Indonesia

Oh ya ada Dubai (UEA), Arab Saudi. UEA saya pikir itu menjadi perantara ya. Lalu dengan Saudi mereka meminta kita untuk tawarkan barley.

Nah untuk yg di Bangladesh, Filipina, Vietnam, dan Indonesia itu Arsari menawarkan komoditas apa dari Ukraina?

Ada dua yakni gandum dan jagung.

Begini, saya ingin luruskan kembali bahwa memang Rusia dan Ukraina memilih saya. Tapi saya yang inisiatif. Saya bukan antek Rusia saya bukan antek Ukraina. Bukan mereka yang menunjuk kita tapi mereka pun nyaman dengan kita.

Ini kemudian membuat kita dapat alokasi cukup besar sehingga kami beranikan diri. Dan ini bukan cuma buat satu dua bulan, kita mau long term.

Ada juga selain negara-negara itu yakni Lesotho di Afrika. Ini juga masih negosiasi harga ya mereka minta sekian dollar sekian sen ya biasa lah.

Lalu, terkait salah satu pemberitaan bahwa ada salah satu perusahaan AS-Swiss yang terlibat juga, itu seperti apa perannya?

Itu namanya Harvest pemiliknya teman saya dan dia juga bergerak di bidang ini. Dia juga ada hubungan dengan Ukraina dan Rusia so kita kerjasama dengan mereka. Jadi mereka mitra kita.

Dan dengan mitra itu, kita bawa kekuatan Commexindo Arsari Group yakni posisi kita sebagai perusahaan di negara netral. Selain posisi negara netral, kami punya riwayat 34 tahun lalu dengan Rusia.

Kemudian, sempat terdengar kabar ada satu pengiriman dari Ukraina yang ditolak setelah tiba di Lebanon. Nah apakah ada sangkut paut itu dengan Arsari?

Nah itu lucu, ada namanya Razoni ini ditolak karena sudah kadaluarsa itu katanya. Yaa terus terang aja ini agak sedikit persaingan yaa. Saat itu kapal kami namanya Riva Wind sudah lengkap dokumennya dan sudah layak berlayar.

Tapi kami dengar pemilik Razoni ini mendengar kami sudah mau berlayar dia ingin duluan agar mendapat nama dengan 26 ribu ton gandum. Namun dokumennya tidak lengkap. Ini kemudian yang menyebabkan barangnya ditolak saat tiba di Pelabuhan Tripoli, Lebanon.

Nah lalu untuk barang-barang yang dikirimkan Arsari atau Commexindo itu sejauh ini bagaimana? Apakah mungkin ada penolakan serupa seperti Razoni?

Lancar, bagus, nggak ada masalah. InsyaAllah nggak ada masalah. Kita sudah ada pembeli di Turki.

Lebih lanjut, kita saat ini melihat memang dampak perang menimbulkan resiko stok pangan bagi beberapa negara. Bagaimana Anda memandang hal tersebut dari sisi seorang eksportir pangan?

Iya itu sangat mungkin itu beberapa negara lagi berat. Untung Indonesia cukup bagus lah posisi kita.

Meski begitu, Indonesia kan perlu gandum. Saya baca statement mengenai Indofood mau menaikkan harga indomie hingga tiga kali lipat. Untuk menyikapi hal itu, saya siap kirim gandum dari Rusia. Alokasi kita berjuta-juta ton dari Rusia sehingga harga Indomie tidak akan naik.

Apalagi yang makan Indomie bukan cuma anak muda tapi saya juga makan Indomie. Kan cepet sudah ada lauk pauknya, sudah ada bumbunya nggak perlu ditambah.

Nah kembali lagi saya mau beritahu kepada Indofood bahwa kami siap suplai kebutuhan mereka berapa saja. Jangan sampai harga indomie naik.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap! Ini Barang yang Diekspor Adik Prabowo dari Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular