
Harga Mi Instan Terbang, di Toko Agen di Atas Rp 100 Ribu
Harga mi instan di pedagang agen sudah di atas Rp 100 ribu per dus di Jakarta, karena efek harga gandum yang naik akibat perang Rusia-Ukraina.

Perang yang terjadi antara Russia dengan Ukraina dapat membuat harga mie instan naik. Ini menjadi perhatian, lantaran mie instan bukan hanya menjadi makanan favorit di dalam negeri, tapi sejumlah merek seperti Indomie juga tenar di luar negeri. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Mie instan merupakan salah satu makanan yang sangat populer di Indonesia. Bahan baku utama untuk membuat mie instan adalah gandum. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Namun, Indonesia bukanlah negara produsen gandum meskipun konsumsi gandum terutama untuk mie instan terbilang besar. Rusia dan Ukraina adalah negara penyuplai gandum terbesar di dunia. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Sebanyak 30 hingga 40 persen kebutuhan gandum di dunia disuplai dari kedua negara tersebut. Ketika suplai gandum terhambat, sementara permintaan untuk pembuatan mi instan masih tinggi, sudah pasti harga mi instan akan terkerek. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Pantauan CNBC Indonesia saat menanyakan harga mie instan di toko agen sampai eceran terdapat berbagai macam harga yang dijual. Di Toko agen Afui yang berbagai macam dagangan warung grosiran di Kawasan perumnas, Duren Sawit Jakarta Timur ini menjual mie instan goreng seharga Rp109000 per dus. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

"Kalau harga mie indomie goreng kita jual Rp109000, kalau yang supermi Rp108000," kata Pemilik warung Toko agen Afui. Untuk saat ini harga mi instan yang ia jual belum naik. "Kalau nanti yang saya beli harganya sudah naik baru nanti saya naikkan juga ke pembelinya untuk saat ini saya belum naikkan," tambahnya. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Di warung lain di pasar Perumnas, Rosa salah satu pedagang jenis makanan dan bahan pokok ini menjual harga mie dalam bentuk eceran. Ia menjual mie goreng indomie Rp3000 dan rebus rasa soto Rp2800. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Rosa mengaku tidak khawatir dengan nantinya kenaikan harga mie sebab menurutnya mi instan bukan bahan pokok utama. "Kalo naik saya gak khawatir di penjualan saya karena memang bukan kebutuhan pokok, kecuali jika beras gula dll baru saya bingung soalnya kan itu memang kebutuhan utama. Ini aja dus dus mie sudah saya jual lebih dari sebulan belum habis-habis beda dengan bahan pokok lain" katanya (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)