
Rusia Tuduh AS Lakukan Provokasi soal Nuklir

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia menuduh Amerika Serikat (AS) melakukan "eskalasi yang tidak masuk akal dan tidak perlu" dalam mengumumkan inspeksi di wilayah Rusia di bawah pakta pengurangan senjata nuklir New START.
Dalam komentar yang dikeluarkan oleh kementerian luar negeri, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan pengumuman AS tersebut telah menjadi pemicu bagi Rusia untuk menarik kerja samanya.
"Dalam keadaan saat ini, langkah seperti itu tampak seperti provokasi langsung," kata Ryabkov pada Selasa (9/8/2022), melansir Reuters.
AS sebelumnya menyampaikan inspeksi tersebut ke Moskow saat konferensi tinjauan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) sedang berlangsung.
Ryabkov mengatakan Rusia percaya pihak Amerika ingin mencari cara untuk mempertahankan upaya verifikasi dua arah meskipun ada kesulitan yang ditimbulkan oleh sanksi AS dan pembatasan perjalanan yang diberlakukan sebagai tanggapan perang di Ukraina.
"Sayangnya, di Washington, tampaknya mereka berpikir sebaliknya dan pindah ke eskalasi yang tidak masuk akal dan tidak perlu," katanya. "Mereka mencoba mengkonfrontasi kami dengan 'fait accompli' dan melakukan inspeksi tanpa pemberitahuan sebelumnya."
Rusia memang sebelumnya mengatakan bahwa tidak akan mengizinkan senjatanya untuk diperiksa berdasarkan perjanjian untuk sementara waktu karena pembatasan perjalanan yang diberlakukan oleh Washington dan sekutunya.
Perjanjian New START, yang mulai berlaku pada tahun 2011, membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan AS dan Rusia, dan penyebaran rudal dan pembom berbasis darat dan kapal selam untuk mengirimkannya. Ini juga menyediakan inspeksi untuk memastikan kedua belah pihak mematuhi perjanjian tersebut.
Presiden AS Joe Biden mengatakan pada 1 Agustus pemerintahannya siap untuk "cepat" merundingkan kerangka kerja untuk menggantikan New START, yang akan berakhir pada 2026, jika Moskow menunjukkan kesediaannya untuk melanjutkan pekerjaan pengendalian senjata nuklir.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri! Senjata Nuklir Dunia Meningkat, Negara Ini 'Juaranya'