Tetangga RI Beri Peringatan Ngeri soal China-AS, Perang?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Singapura ikut buka suara mengenai kondisi geopolitik dunia di tengah memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan China terkait Taiwan. Negara kota itu menyebut bahwa hubungan kedua negara besar itu mungkin tidak akan membaik sementara waktu.
Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong menjabarkan Singapura akan diterpa oleh persaingan dan ketegangan yang intens antara Beijing dan Washington di kawasan Asia. Ia mengatakan kondisi ini dapat bermuara pada masa depan yang kurang damai dan stabil.
"Di sekitar kita, badai sedang berkumpul. Hubungan AS-China memburuk, dengan masalah yang sulit dipecahkan, kecurigaan yang mendalam, dan keterlibatan yang terbatas," kata Lee seperti dikutip Reuters, Selasa (9/8/2022).
"Ini tidak mungkin membaik dalam waktu dekat. Selain itu, salah perhitungan atau kecelakaan dapat dengan mudah memperburuk keadaan."
Hubungan antara AS dan China sendiri memburuk akibat kunjungan Ketua DPR Washington, Nancy Pelosi, ke Taiwan. Beijing menanggapi langkah ini sebagai manuver yang negatif lantaran Negeri Tirai Bambu yang masih mengklaim Taiwan miliknya dan keputusan yang dibuat Pelosi dianggap sebagai plot kemerdekaan bagi pulau itu.
China pun juga merespon langkah ini dengan manuver militer. Negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu bahkan menugaskan armada tempur udara dan lautnya untuk melakukan latihan besar-besaran di dekat wilayah milik Taipei.
Selain persoalan China-AS, Lee juga mengutarakan tantangan ekonomi dan bahwa prospek Singapura telah berada di fase "sangat mendung". Ia menegaskan pemerintahannya akan meluncurkan lebih banyak tindakan dalam beberapa bulan mendatang untuk membantu orang mengatasi inflasi di negara itu.
Diketahui, Inflasi Singapura telah mencapai lebih dari satu dekade tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Ini mendorong bank sentral negara itu memperketat kebijakan moneternya pada 14 Juli lalu.
"Dunia tidak mungkin kembali dalam waktu dekat ke tingkat inflasi dan suku bunga rendah yang telah kita nikmati dalam beberapa dekade terakhir," tambahnya.
(sef/sef)