Duh! Heboh Suspek Cacar Monyet Ditemukan di RI

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
04 August 2022 08:50
Telapak tangan pasien kasus cacar monyet dari Lodja, sebuah kota yang terletak di dalam Zona Kesehatan Katako-Kombe, terlihat selama penyelidikan kesehatan di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1997. (via REUTERS/CDC)
Foto: Telapak tangan pasien kasus cacar monyet dari Lodja, sebuah kota yang terletak di dalam Zona Kesehatan Katako-Kombe, terlihat selama penyelidikan kesehatan di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1997. (via REUTERS/CDC)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kesehatan menemukan seorang pasien yang diduga terjangkit cacar monyet. Pasien tersebut kini menjalani isolasi secara mandiri dan tengah melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengemukakan, pasien tersebut saat ini tengah menjalani isolasi dan pemeriksaan lebih lanjut di Rumah Sakit Dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah.

"Ini baru suspek, dan saat ini menjalani isolasi untuk perawatan," kata Syahril, seperti dikutip Kamis (4/8/2022).

Kementerian Kesehatan bersama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah ke depannya akan melakukan pemeriksaan laboratorium dan PCR untuk memastikan apakah pasien tersebut terinfeksi cacar monyet atau virus lain.

Sebagai informasi, penyebaran cacar monyet kini makin mengkhawatirkan. Kasus tersebut telah terdeteksi di lebih dari 75 negara, dan bukan tidak mungkin penyakit tersebut akan datang ke Indonesia.

Dicky Budiman, Ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia mengemukakan umumnya masa inkubasi cacar monyet membutuhkan waktu hingga tiga minggu sampai timbulnya gejala. Karena masa inkubasi yang lama ini, sangat mungkin seseorang lolos dari skrining saat hendak masuk ke Indonesia lantaran tidak menunjukkan gejala.

"Potensi masuknya atau bahkan sudah adanya cacar monyet di Indonesia atau monkeypox tentu ada ya. Kenapa? Karena pertama bahkan dari data Eropa kasus awalnya kemungkinan terjadi sebelum April atau setidaknya awal April," ungkap Dicky beberapa waktu lalu.

Dicky juga menyebut aktivitas dan pelonggaran besar-besaran di banyak negara membuat risiko penyebaran penyakit ini kian tinggi. Apalagi saat ini aktivitas penerbangan sudah kembali padat dan semakin banyak orang melakukan perjalanan internasional.

Karena faktor risiko itu, ia mengimbau pemerintah tegas memberikan literasi atau komunikasi risiko terkait cacar monyet atau monkeypox. Pasalnya, penyakit ini juga bisa memicu klaster di kelompok-kelompok tertentu.

"Ditambah lagi dengan bahwa literasi tentang monkeypox ini kan jarang, karena ini endemik-nya di Afrika, data saat ini menunjukkan bahwa klaster ini terjadi pada kelompok grup yang memiliki karakter memang erat kontak fisik-nya dan aktif secara seksual," kata Dicky.

Sebelumnya, WHO resmi menetapkan penyakit cacar monyet sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Hal ini diucapkan langsung oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui akun Twitternya.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Suspek Cacar Monyet RI: Ada di Jateng & Bukan Gay!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular