Krisis Energi Makin Nyata di Jerman, Fakta Ini Buktinya
Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis energi sepertinya semakin nyata melanda Jerman. Hal ini terlihat pasca perdebatan antara pemangku kebijakan di Negeri Rhein itu terkait perpanjangan mengaktifkan pembangkit listrik nuklir setelah Rusia memotong pasokan gasnya ke negara itu.
Mengutip Associated Press, blok oposisi utama Union telah membuat tuntutan yang semakin sering untuk perpanjangan kehidupan pembangkit nuklir. Seruan serupa datang dari partai terkecil di pemerintahan koalisi Kanselir Olaf Scholz, Demokrat Bebas yang pro-bisnis.
"Banyak yang berbicara karena tidak mematikan pembangkit listrik tenaga nuklir yang aman dan ramah iklim, tetapi jika perlu menggunakannya sampai 2024," kata Menteri Keuangan Christian Lindner ke kepada surat kabar Bild am Sonntag Minggu, dikutip Senin (1/8/2022).
Lindner juga meminta Menteri Ekonomi Robert Habeck, yang bertanggung jawab atas energi, untuk menghentikan penggunaan gas untuk menghasilkan listrik. Pasalnya Habeck merupakan kader Partai Hijau yang pesimis bahwa nuklir mampu menyelamatkan kebutuhan energi negara itu.
"Kami memiliki masalah pemanasan atau masalah industri, tetapi bukan masalah listrik - setidaknya tidak secara umum di seluruh negeri," kata Habeck pada awal Juli.
Sebelumnya Rusia telah mengurangi pasokan gas alam melalui pipa Nord Stream 1 ke Jerman hingga 20% dari kapasitas di tengah ketegangan perang di Ukraina. Jerman, yang menggantungkan kebutuhan gasnya kepada Moskow, merasa ini merupakan manuver politik dari Kremlin untuk menekan Berlin terkait sikapnya mendukung Ukraina.
Pada kuartal pertama tahun ini, pembangkit nuklir menyumbang 6% dari pembangkit listrik Jerman dan gas untuk 13%. Lindner mengatakan bahwa Berlin harus bekerja untuk memastikan bahwa krisis listrik tidak datang di atas krisis gas.
Sementara itu, krisis energi sendiri juga telah menghantui prospek ekonomi terbesar Eropa itu. Dalam sebuah rilis yang dikeluarkan Institut Ifo dari riset yang dilakukan terhadap 9 ribu perusahaan, barometer kepercayaan pengusaha di Jerman turun menjadi 88,6 poin pada Juli.
Lembaga itu bahkan menyebut pengusaha telah memandang Jerman telah memasuki puncak resesi. Bila krisis dan ketakutan akan kekurangan energi ini tidak mampu diatasi segera, kepercayaan pengusaha akan terus menurun
"Angka-angka pesimistis menunjukkan bahwa Jerman berada di puncak resesi. Suasana di antara bisnis telah mendingin secara signifikan sementara harga energi yang lebih tinggi dan ancaman kekurangan gas membebani ekonomi," kata presiden Ifo, Clemens Fuest, dikutip AFP akhir bulan lalu.
"Penurunan sangat tajam di sektor manufaktur, di mana pesimisme mengenai bulan-bulan mendatang mencapai level tertinggi sejak April 2020."
(sef/sef)