
Derita Sri Lanka: Utang Luar Negeri Rp760 T & PDB -7% di 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe meminta para anggota parlemen bersatu padu dengan pemerintah guna menghidupkan kembali roda perekonomian. Mengingat, negara tersebut saat ini jatuh ke dalam krisis ekonomi yang semakin parah.
Wickremesinghe mulai menjabat awal bulan ini setelah kemarahan publik atas krisis ekonomi yang memburuk dan menuntut presiden saat itu Gotabaya Rajapaksa mundur secara paksa.
Adapun, dalam pertemuan pada hari Sabtu kemarin dengan para biarawan berpengaruh dari Kuil Gigi di Kandy, salah satu tempat suci agama Buddha, Wickremesinghe menguraikan rencananya.
"Sebagai presiden, saya ingin memulai perjalanan baru. Saya ingin menyatukan semua partai dan melakukan perjalanan itu serta membentuk pemerintahan (yang berisi) semua partai," kata Wickremesinghe dikutip dari Agence France-Presse (AFP), Minggu (31/7/2022).
Bahkan, dia telah menulis surat kepada semua anggota parlemen dan meminta mereka untuk bergabung dengan pemerintah.
Wickremesinghe merupakan mantan anggota parlemen oposisi yang memegang jabatan perdana menteri untuk keenam kalinya pada Mei, terutama setelah kakak laki-laki Rajapaksa, Mahinda, mengundurkan diri.
Wickremesinghe menjadi presiden setelah Rajapaksa melarikan diri pada 9 Juli lalu, ketika puluhan ribu pengunjuk rasa yang marah pada krisis ekonomi menyerbu istana kepresidenan.
Mantan presiden tersebut melarikan diri ke Singapura, kemudian mengundurkan diri lima hari kemudian. Wickremesinghe menjadi presiden sementara lalu memenangkan pemungutan suara di parlemen.
Untuk diketahui, Sri Lanka yang berpenduduk 22 juta orang telah mengalami pemadaman listrik selama berbulan-bulan, rekor inflasi, kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan. Sejak akhir tahun lalu, negara ini kehabisan devisa untuk membiayai impor yang paling penting sekalipun.
Pada April lalu, Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya sebesar US$51 miliar (Rp 760,3 triliun) dan membuka pembicaraan bailout dengan Dana Moneter Internasional.
Wickremesinghe mengatakan kepada para biarawan bahwa ekonomi Sri Lanka akan menurun lebih lanjut tahun ini dengan kontraksi 7,0%. Meski demikian, Ia berharap mulai tahun depan ekonomi mulai kembali pulih.
"Saya bekerja untuk menstabilkan kembali ekonomi ini dan membangun ekonomi sedemikian rupa sehingga negara ini dapat berkembang pada tahun 2023, 2024," katanya.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tok! Sri Lanka Punya Presiden Terpilih Baru, Ini Sosoknya