Saat Jokowi Keluarkan Uneg-uneg ke PM Jepang Soal Myanmar

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melontarkan kekecewannya di depan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida karena tidak ada kemajuan yang signifikkan terhadap implementasi five point consensus atau 5PCs terhadap situasi terkini di Myanmar.

Hal tersebut dikemukakan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat menyampaikan keterangan pers usai Jokowi melakukan pertemuan dengan PM Jepang Fumio Kishida, seperti dikutip melalui tayangan Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (28/7/2022).

"Presiden sampaikan kekecewaan terhadap tidak adanya kemajuan signifikkan implementasi 5PCs," kata Retno.

Retno kemudian melanjutkan, "Semua perkembangan di Myanmar termasuk hukuman mati terhadap tahanan politik menunjukkan kemunduran, bukan kemajuan dari implementasi 5PCs. Semua perkembangan menunjukkan tidak adanya komitmen Junta militer Myanmar dalam mengimplementasikan 5PCs," jelasnya.

Sebagai informasi, negara ASEAN telah mengeluarkan 5 poin konsensus terhadap situasi di Myanmar. ASEAN mendorong agar kekerasaan di negara tersebut bisa dihentikan, dan ada dialog konstruktif di antara semua pihak agar perdamaian bisa tercipta.

Namun, 1,5 tahun sejak konsensus tersebut disepakati, situasi Myanmar masih jauh dari kata damai. Jokowi, kata Retno, bahkan menyebut hukuman mati terhadap tahanan politik Myanmar adalah sebuah kemunduran dari lima konsensus pimpinan ASEAN.

Retno menegaskan Indonesia menjadi negara pertama yang mendorong pemimpin ASEAN untuk mengambil aksi dalam menghadapi situasi Myanmar. Retno sendiri mengusulkan ada pembahasan secara khusus terkait Myanmar dalam pertemuan Menlu se-ASEAN di Kamboja, Agustus mendatang.

"Sudah hampir 1,5 tahun 5 poin konsensus disepakati. Sudah waktunya ASEAN membahas kembali secara serius tidak adanya progres signifikkan terhadap implementasi 5 poin konsensus," kata Retno.