'Centaurus' Varian Covid-19 yang Kini Mengancam Dunia

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
22 July 2022 19:45
Kasus infeksi Covid-19 di Australia kembali melonjak, dengan ratusan ribu orang dilaporkan terinfeksi virus tersebut tiap minggunya. Otoritas kini telah meminta pengusaha untuk mengizinkan para pekerja kembali bekerja dari rumah (WFH) dan menggunakan masker untuk menekan angka penularan. (Getty Images/Lisa Maree Williams)
Foto: Kasus infeksi Covid-19 di Australia kembali melonjak, dengan ratusan ribu orang dilaporkan terinfeksi virus tersebut tiap minggunya. Otoritas kini telah meminta pengusaha untuk mengizinkan para pekerja kembali bekerja dari rumah (WFH) dan menggunakan masker untuk menekan angka penularan. (Getty Images/Lisa Maree Williams)

Jakarta, CNBC Indonesia - Selain varian Covid-19 Omicron BA.4 dan BA.5, kini para ahli telah menemukan subvarian Omicron terbaru yang memicu kekhawatiran yaitu BA.2.75 yang disebut Centaurus.

Subvarian ini pertama kali dilaporkan di India dan telah menyebar ke sekitar 10 negara termasuk Inggris, Selandia Baru, Australia, Kanada dan AS. Centaurus disebut lebih menular dan mampu menginfeksi seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan menurunkan respons antibodi.

"[BA.2.75] ini adalah varian baru yang diturunkan dari Omicron versi BA.2," kata Dr. Amesh Adalja, ahli kesehatan di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins dan asisten profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg di Maryland, seperti dikutip Healthline.

Adapun gejala BA.2.75 mirip dengan gejala Omicron pada umumnya, seperti batuk, kelelahan, dan hidung meler.

"Gejalanya mungkin jauh, jauh, jauh lebih ringan, terutama untuk orang yang sudah divaksinasi," kata Jasmine Plummer, asisten profesor di Cedars Sinai Medical Center, seperti dikutip dari Health.

"Jadi gejalanya lebih seperti versi ringan, menurut saya, dari COVID masa lalu."

Meski gejalanya cenderung ringan, para ahli mengatakan subvarian BA.2.75 memiliki tambahan mutasi selain apa yang ada di varian terdahulu. Fakta ini membuat para ahli khawatir bahwa subvarian tersebut bisa menerobos antibodi dan menyebabkan penularan yang cepat.

Namun, sejumlah ahli mengatakan masih terlalu dini untuk membuat prediksi soal gelombang baru yang disebabkan BA.2.75.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Covid-19 Melonjak, Jokowi: Jangan Disikapi Berlebihan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular