
Ini Kronologi & Penyebab PM Italia Mario Draghi Mundur

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Italia Mario Draghi dilaporkan mengundurkan diri dari jabatannya, Kamis (21/7/2022). Langkah ini diambil untuk membuka jalan pemilu baru dalam menyudahi ketidakstabilan politik di negara tersebut.
Mengutip CNBC International dan AFP, surat pengunduran diri Draghi sudah diberikan ke kantor Presiden Sergio Mattarella dan juga telah terkonfirmasi.
"Draghi mengajukan pengunduran dirinya dan pemerintahan yang dia pimpin... Presiden memperhatikan ini dan pemerintah tetap di tempatnya untuk melakukan bisnis saat ini," kata pernyataan singkat kantor kepresidenan Italia.
Draghi sendiri memberi pernyataan di parlemen soal ini. Hal itu juga disampaikan ke pers oleh juru bicaranya.
"Terima kasih atas semua pekerjaan yang telah kita lakukan bersama selama periode ini," ujar Draghi dalam sebuah pernyataan ke parlementer yang diutarakan juru bicaranya terkait keinginan mundur terbarunya ini.
"Setelah pemungutan suara berlangsung tadi malam ... saya (Draghi) meminta untuk menunda sesi ini karena saya sedang dalam perjalanan ke Presiden untuk mengomunikasikan niat saya (mengundurkan diri)," tambahnya.
Pengajuan mundur ini bukan yang pertama dilakukan pria kelahiran 3 September 1947 tersebut. Pekan lalu Draghi dilaporkan telah memberikan surat pengunduran diri tetapi ditolak oleh kantor presiden.
Pengunduran Draghi sendiri terjadi akibat krisis politik di dalam pemerintahan Italia selama berbulan-bulan. Puncaknya adalah pada 14 Juli lalu.
Saat itu pemerintahan Italia terancam bubar setelah partai koalisi, Gerakan Bintang 5 (5-Star Movement), menolak ikut ambil bagian dalam mosi percaya parlemen ke eksekutif. Hal itu diungkapkan pemimpin partai Giuseppe Conte.
Alhasil, pemerintahan Draghi pun terancam. Itu karena kurangnya dukungan dalam mosi percaya tersebut.
Partai koalisi lain pun telah memperingatkan bahwa mereka akan mundur dari pemerintah jika Gerakan Bintang 5 memboikot pemungutan suara di Senat. Draghi sempat mengatakan bahwa dia tidak akan memimpin pemerintahan tanpa partai Conte di dalamnya.
Keputusan Gerakan 5 Bintang akhirnya menjerumuskan Italia makin dalam ke ketidakpastian politik. Ini berisiko merusak upaya untuk mengamankan miliaran euro dalam dana Uni Eropa, dan dapat mengarah pada pemilihan nasional lebih awal di musim gugur.
Conte mengatakan pemerintah harus berbuat lebih banyak untuk mengatasi masalah sosial yang berkembang di ekonomi terbesar ketiga zona euro itu. Sementara itu, dua partai koalisi, Partai Liga dan Partai Demokrat (PD), mengatakan bahwa pemilihan awal adalah hasil yang paling mungkin jika pemerintahan runtuh.
Awalnya, pemungutan suara dijadwalkan pada paruh pertama tahun 2023. Memajukan pemungutan suara ke musim gugur akan sangat tidak biasa di Italia karena pada saat itu pemerintah secara tradisional menyusun anggaran mereka yang harus disetujui pada akhir tahun.
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintahan Italia Terancam Bubar, Ada Apa?