Internasional

Biden Cs Perlu Waspada, Putin Mau Bentuk Aliansi Baru

luc, CNBC Indonesia
21 July 2022 06:25
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei (kiri) bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) di Teheran, Iran pada 19 Juli 2022. (Anadolu Agency via Getty Images)
Foto: Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei (kiri) bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) di Teheran, Iran pada 19 Juli 2022. (Anadolu Agency via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin mendorong aliansi jenis baru yang dapat menghadapi Barat selama perjalanannya ke Teheran, Iran, minggu ini.

Kunjungan Putin ke Iran pada hari Selasa (19/7/2022) dilakukan beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengunjungi Israel dan Arab Saudi dan berjanji bahwa Washington akan mencoba untuk menghentikan Iran memperoleh senjata nuklir.

Andrey Kortunov, Kepala Dewan Urusan Internasional Rusia, mengatakan pertemuan dengan presiden Iran Ebrahim Raisi dan pemimpin Turki Recep Tayyip Erdogan penting bagi Putin secara pribadi karena Kremlin tidak ingin membiarkan dirinya diisolasi secara internasional.

Kunjungan Putin ke Iran pun disebut-sebut memperkuat aliansi baru yang diisi oleh Rusia, Iran, Suriah, China, dan Korea Utara.

Shahin Gobadi, anggota kelompok oposisi yang berbasis di Paris, Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI), melihat pertemuan itu sebagai salah satu kepentingan Teheran karena menghadapi protes yang berkembang di dalam negeri.

"Rezim Iran menghadapi krisis yang semakin parah dan protes serta pemogokan yang sedang berlangsung di dalam negeri, berada dalam situasi putus asa," katanya kepada Newsweek, dikutip Kamis (21/7/2022).

Ada kesamaan antara Putin dan Raisi. Keduanya memimpin negara yang menghadapi sanksi internasional dan mengecam Barat sebagai kekuatan korup.

Sementara itu, Janis Kluge dari lembaga SWP di Berlin menilai sanksi yang dihadapi Iran karena program nuklirnya dapat memberi Moskow "beberapa pelajaran".

"Sebagai gantinya, Rusia dapat menawarkan barang-barang militer dan mungkin bahan mentah atau biji-bijian," katanya kepada Reuters.

Hanya saja, aliansi tersebut kemungkinan masih terganjal oleh sikap Turki sebagai anggota NATO. Meskipun belum menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, tetapi Turki telah menjual pesawat tak berawak Bayraktar yang digunakan Ukraina untuk menyerang pasukan Rusia di Ukraina.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini 5 Pemilu di Negara Ini Paling Ditunggu di 2024, Ada RI?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular