Harga 'Meledak', Tiket Luar Negeri Tetap Diburu Orang Kaya RI

Astrid Nicolien, CNBC Indonesia
20 July 2022 21:32
Suasana kedatangan penumpang pesawat di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (30/3/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Suasana kedatangan penumpang pesawat di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (30/3/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan harga tiket pesawat terbang beberapa bulan terakhir ternyata tak berdampak pada permintaan penerbangan internasional. Para calon penumpang tetap memburu tiket penerbangan internasional walau harga 'selangit'. Hal ini terlihat dari kenaikan pesat permintaan tiket perjalanan ke luar negeri belakangan ini.

Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia pada sejumlah Agent Tours & Travel, tren permintaan untuk berpergian ke luar negeri terus mengalami peningkatan, bahkan di salah satu agent di Jakarta, permintaan saat ini melonjak mencapai 665% dibandingkan tahun lalu.

"Kemarin saja waktu carrier penerbangan middle east untuk destinasi Eropa, status pemesanan masih booking tapi belum issued, setelah 1 minggu ternyata naik Rp 8 juta karena airport tax, dan karena adanya kenaikan avtur ini juga akhirnya kita memonitor harga tiap hari karena selalu bergerak. Tapi karena segment customer kita yang menegah ke atas mereka tetap purchase," ungkap Ricky Hilton, Head Of Marketing Communication di salah satu Travel Agent kepada CNBC Indonesia, Rabu (20/7/2022).

Menurut Ricky, pergerakan harga tiket pulang pergi untuk Australia biasanya rata-rata Rp 6-7 juta sekarang Rp 10 juta. Tiket bisnis ke Eropa pulang pergi yang biasanya Rp 20-30 juta sekarang naik dua kali lipat mencapai rata - rata Rp 50-80 juta dengan surcharge berupa Airport Tax dan Avtur Rp 24 juta sendiri. Sementara itu untuk tiket ekonomi ke Eropa yang biasanya Rp 11-12 juta sekarang rata-rata Rp 20 juta dengan Surcharge sendiri Rp 6,3 juta terdiri dari Rp 5 juta biaya avtur dan Rp 1,5 juta airport tax.

"Bisa dibilang melonjak paling tinggi itu Singapura, kalau aku estimasi itu bisa naik 500%. Kalau biasanya pulang pergi Rp 2 atau Rp 3 juta bisa dapat last minute kalau sekarang last minute menjadi Rp 10 jutaan. Sejak Singapura sudah dibuka, the demand is high karena inventory-nya sangat terbatas," kata Ricky .

Ia menegaskan lonjakan harga tiket pesawat tidak menjadi penghalang terhadap permintaan konsumen kalangan atas untuk berpergian ke luar negeri pasca pandemi. Hal ini karena sudah menjadi kebutuhan antara lain urusan bisnis sampai keperluan orangtua untuk pendidikan anak di luar negeri.

Bahkan Aji salah satu pekerja di agen perjalanan di Senayan City Jakarta, mengatakan permintaan paket perjalan sangat tinggi 3 bulan terakhir. Rata-rata per hari minimum ada 10 permintaan, umumnya untuk perjalanan international antara lain Singapura dan Amerika. " Tidak ada (penurunan), permintaan tetap tinggi," katanya saat ditanya dampak lonjakan harga tiket terhadap permintaan perjalanan.

Dari sisi penumpang, Yeni salah satu konsumen jasa penerbangan mengungkapkan tetap terbang di tengah kenaikan harga tiket karena sudah menjadi kebutuhannya. Ia sering berpergian ke Jakarta - Amerika dua sampai tiga kali dalam setahun. Menurutnya harga tiket business class pulang pergi pada tahun lalu sekitar Rp 40 juta namun sekarang naik dua kali lipat menjadi Rp 50 - 80 juta.

''Saya tetap melakukan pembelian karena memang harus dan butuh untuk mengantarkan anak-anak sekolah" katanya sambil melakukan transaksi di salah satu Agent Travel di Jakarta Selatan.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kiamat Pesawat! Tiket Pesawat Bali 'Meledak' Kini Rp 1 Jutaan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular