Jet Tempur RI Buatan Korea Sudah Jatuh 2 Kali, Ini Faktanya

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 July 2022 16:45
South Korea's first domestically manufactured Supersonic Trainer Jet T-50 sits unveiled during the roll-out ceremony in Sacheon, south of Seoul, Tuesday, Aug. 30, 2005.  State-run Korea Aerospace Industries Ltd. on Tuesday unveiled a supersonic trainer jet it plans to sell to the South Korean air force and overseas.  (AP Photo/Lee Jin-man)
Foto: Pesawat Jet T-50 buatan dalam negeri pertama Korea Selatan diluncurkan pada upacara peluncuran di Sacheon, selatan Seoul, Selasa, 30 Agustus 2005. (AP Photo/Lee Jin-man)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pesawat tempur T-50i Golden Eagle jatuh di Blora Jawa Tengah pada Senin (18/7/22) malam. Berdasarkan laman resmi TNI Angkatan Udara (AU), T-50i Golden Eagle merupakan pesawat latih (trainer) supersonik buatan Amerika-Korea.

Insiden jatuhnya T-50i Golden Eagle pernah terjadi sebelumnya pesawat sejenis jatuh di kawasan Lapangan Udara Adisutjipto Yogyakarta, Minggu pagi (20/12/2015) pukul 09.53 WIB.

Pesawat ini dikembangkan oleh Korean Aerospace Industries (KAI) dengan bantuan Lockheed Martin. Program T/A-50 dimaksudkan sebagai pengganti dari berbagai pesawat larih (trainer) dan serang ringan.

Kerja Sama KF-21 Boramae

Selain T-50i Indonesia sedang menjalin kerjasama dengan Pemerintah Korsel serta KAI dalam pembuatan KF-21 Boramae. Bahkan pada akhir bulan ini, KAI akan melakukan uji terbang perdana.

"Tes penerbangan pertama diperkirakan akan berlangsung pada minggu ketiga atau keempat Juli," kata manajer senior divisi Program KF-X di KAI Kim Nam-shin dilansir Korea Times, Selasa (19/7/22).

KF-21 Boramae sendiri masuk ke dalam jet generasi 4.5. Beberapa jet yang setipe dengan KF-21 Boramae antara lain F-15E/EX Strike Eagle milik Amerika Serikat (AS), Chengdu J-10 C milik China, dan Sukhoi Su-35 kepunyaan Rusia.

KF-21 merupakan upaya Korsel untuk lepas dari ketergantungan teknologi AS dalam persenjataan militernya. Dalam mengerjakan KF-21 Boramae, Korsel bekerjasama dengan Indonesia di bawah program Defense Acquisition Program Administration.

Melansir Yonhap News, sebanyak 114 insinyur Indonesia berangkat ke Korsel untuk mengerjakan KF-21 Boramae. Indonesia juga menanggung 20 persen biaya atau sekitar 1,7 triliun Won (sekitar Rp 19 trilun).

Panjang KF-21 mencapai 55 kaki atau 16,7 meter dengan lebar sayap mencapai 10,6 meter. Panjang sayap itu sedikit lebih panjang dari F-35A Joint Strike Fighter, namun lebih kecil dari F/A-18E/F Super Hornet dan F-22 Raptor.

KF-21 juga memiliki 10 external hardpoints untuk membawa senjata, pod sensor, dan bahan bakar. Berat minimum KF-21 saat meluncur bisa mencapai 17 ribu pounds atau sekitar 7.700 kg, sementara berat maksimalnya mencapai 56.400 pounds atau 25 ribu kg.

Lebih lanjut, KF-21 dibekali BAE's Meteor air to-air missile dan Saab/MBDA Taurus missile. Selain itu, KF-21 juga dipersenjatai M61 20-milimeter gatling gun dari General Electric.

Menurut KAI, KF-21 Boramae bisa mencapai kecepatan maksimal 22 ribu km per jam atau sekitar Mach 2.KAI juga membenamkan sistem elektrik mutakhir dalam KF-21 serta radar yang mampu mendeteksi ancaman udara serta pencarian inframerah. Ada pula sistem pelacakan yang bisa mendeteksi lawan secara diam-diam dalam jarak dekat beserta sistem optik elektrik yang bisa mendeteksi musuh di darat.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 2 Tantangan Utama Program Jet Tempur KF-21 Boramae, Apa Saja?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular