
China Nafsu Perkuat Senjata Nuklir, Siap Perang Lawan Rusia?

Jakarta, CNBC Indonesia - China telah membuat kemajuan yang mengesankan dalam mengembangkan senjata nuklir baru. Namun, Menteri Pertahanan China Wei Fenghe mengatakan negaranya hanya akan menggunakannya untuk pertahanan diri, dan tidak pernah menggunakannya terlebih dahulu.
Tahun lalu, China dilaporkan membangun lebih dari 100 silo rudal nuklir baru di wilayah timur China. Terkait hal itu, Wei mengatakan China "selalu mengejar jalur yang tepat untuk mengembangkan kemampuan nuklir untuk melindungi negara kita."
Dia menambahkan senjata nuklir yang ditampilkan dalam parade militer 2019 di Beijing, termasuk peluncur yang ditingkatkan untuk rudal balistik antarbenua DF-41 China, akan beroperasi dan dikerahkan.
"China telah mengembangkan kemampuannya selama lebih dari lima dekade. Wajar untuk mengatakan ada kemajuan yang mengesankan," katanya pada Juni lalu, melansir Reuters. "Kebijakan China... konsisten. Kami menggunakannya untuk pertahanan diri. Kami tidak akan menjadi yang pertama menggunakan (senjata) nuklir."
Dia mengatakan tujuan akhir dari persenjataan nuklir China adalah untuk mencegah perang nuklir. "Kami mengembangkan kemampuan nuklir untuk melindungi kerja keras rakyat China dan melindungi rakyat kami dari bencana perang nuklir," tambahnya.
Terkait hal ini, Departemen Luar Negeri AS tahun lalu sempat menyebut pembangunan nuklir China mengkhawatirkan dan mengatakan tampaknya Beijing menyimpang dari strategi nuklir puluhan tahun yang didasarkan pada pencegahan minimal.
Di sisi lain, pakar militer sekaligus mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Callahan, mengatakan Perang Dunia III (PD 3) kini diprediksi dapat ditimbulkan dari gesekan antara China dan Rusia.
Kepada media Inggris, Express, Callahan mengatakan dalam sejarahnya ada sebuah wilayah Rusia yang sangat ingin dikuasai oleh China yakni Siberia. Pasalnya, Siberia memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah dan sebelumnya pernah masuk dalam kekuasaan Dinasti Qing.
Menurut Callahan, bila memang China meluncurkan serangan kepada Rusia, Moskow tak akan segan-segan untuk menembakkan senjata nuklirnya.
Callahan menambahkan bahwa dengan situasi yang terjadi saat ini dimana Rusia sedang bertempur melawan Ukraina, China bisa dengan mudah masuk kembali ke wilayah Siberia. Pasalnya, jarak antara Ukraina dan Siberia sangatlah jauh sehingga mobilisasi logistik tidak akan mudah.
Dalam catatan sejarah, konflik antara China dan Uni Soviet terkait Siberia sendiri pernah terjadi pada 1969. Konflik itu terjadi di antara Provinsi Xinjiang milik China dan wilayah Siberia yang saat ini dikuasai Kazakhstan.
Meski begitu, saat ini sendiri hubungan antara Beijing dan Moskow masih terjalin dengan baik. Keduanya masih terus melakukan hubungan dagang meski Rusia saat ini jatuh dalam sanksi Barat.
Meski begitu, China belum pernah secara jelas mendukung aksi Rusia ke Ukraina. Sejauh ini, negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu hanya menyuarakan penentangannya terhadap sanksi ekonomi yang diterapkan negara Barat atas Moskow.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Rusia Buka Kemungkinan China & Afrika Jadi Juru Damai