
Ingat Fenomena Resign Massal di AS? Sekarang pada 'Nyesel'

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada paruh pertama 2022, Amerika Serikat (AS) dilanda gelombang pengunduran diri atau the great resignation. Dalam resign massal tersebut, sekitar 20 juta orang meninggalkan pekerjaannya dalam kurun waktu Januari-Mei.
Namun, sebuah penelitian terbaru yang dilakukan Joblist terhadap 15.000 pencari kerja selama 3 bulan menunjukan bahwa keputusan tersebut membawa banyak penyesalan.
Lebih dari seperempat dari mereka yang meninggalkan pekerjaan sedang mempertimbangkan kembali apakah mereka membuat langkah yang benar.
Adapun, lonjakan pengunduran diri telah dikaitkan dengan risiko Covid-19 di tempat kerja dan munculnya peluang baru dengan bekerja di rumah. Orang-orang AS pun telah memikirkan kembali kehidupan profesional mereka di tengah gejolak pandemi.
Survei Joblist menemukan berbagai alasan mengapa beberapa dari mereka yang resign mulai memikirkan kembali keputusannya.
Banyak orang Amerika sekarang merasa lebih mendesak untuk mencari pekerjaan di tengah tanda-tanda bahwa kondisi pasar kerja siap untuk berubah.
Sekitar setengah dari pencari kerja mengantisipasi bahwa pasar tenaga kerja akan memburuk selama 6 bulan ke depan. Selain itu, di antara mereka yang menemukan pekerjaan baru setelah berhenti, 42% mengatakan bahwa pekerjaan barunya tidak memenuhi harapan mereka.
Beberapa lainnya menyatakan bahwa mereka merindukan rekan kerja.
"Koneksi sosial seringkali diremehkan," kata Kevin Harrington, CEO Joblist, dikutip The Strait Times, baru-baru ini.
"Banyak orang menghabiskan banyak waktu di tempat kerja seperti yang mereka lakukan dengan keluarga dan teman. Bagi mereka yang membangun hubungan pribadi yang kuat dengan rekan kerja, itu dapat membuat dampak besar pada bagaimana mereka memandang pekerjaan mereka dan seberapa besar kemungkinan mereka untuk bertahan di dalamnya."
Sementara itu, tingkat penyesalan bervariasi menurut profesi.
Petugas kesehatan, yang ditempatkan di bawah tekanan besar selama pandemi, adalah yang paling kecil kemungkinannya untuk merasa bahwa mereka melakukan kesalahan. Hanya 14% dari mereka yang berhenti dari pekerjaan mereka mengatakan bahwa mereka menyesalinya.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Buntut Genosida di Bucha, Barat Tambah Sanksi Rusia